Sumber gambar: (voaindonesia.com)

Mungkin sebagian dari kita mengenal wayang sebagai seni pertunjukan yang digelar dari malam hari hingga subuh. Wayang kulit menampilkan cerita Mahabarata dan Ramayana yang dikemas dalam lakon wayang. Pertunjukan yang berusia berabad-abad tersebut masih mendapatkan di hati masyarakat jawa pada khususnya. Hal ini dapat dilihat dari antusiasme masyarakat jawa yang menguri-nguri budaya sendiri sebagai satu kesatuan kebudayaan jawa yang integral. Secara langsung wayang juga telah menjadi bagian hidup dari masyarakat jawa.

Namun, jika dlihat dari fungsinya wayang bukan hanya sebagai hiburan semata lho sobat genpi. Fungsi wayang pada awalnya tidak hanya sekadar sarana hiburan orang pada zaman dahulu. Munculnya wayang pada mulanya berhubungan erat dengan pemujaan roh leluhur yang disebut hyang. Pada waktu itu, masyarakat zaman dahulu melakukannya dengan mengadakan pertunjukan bayang-bayang sebagai salah satu cara untuk menghormati dan memuja leluhur lho! Wah tidak disangka ya!

Masyarakat Jawa pada waktu itu menganggap bahwa semua benda yang ada di sekitarnya bernyawa dan mempunyai kekuatan baik ataupun jahat. Dalam kepercayaan animisme dan dinamisme, roh orang yang sudah meninggal dianggap dapat memberikan pertolongan bagi orang yang masih hidup. Untuk mewujudkan keinginan tersebut kemudian diadakan semacam ritual sebagai cara untuk menghormati nenek moyang yang dikenal sebagai pertunjukan bayang-bayang. Inti cerita dari pewayangan saat itu berisi tentang heroisme nenek moyang. Hingga kegiatan tersebut menjadi sebuah tradisi bagi masyarakat Jawa.

Tidak hanya itu, wayang merupakan kebudayan jawa yang telah dikenal sejak kurang lebih 1500 tahun yang lalu. Ternyata sudah sangat lama sekali ya! Pertunjukkan wayang sebagai kebudayaan jawa juga tidak bisa dilepaskan dari pengaruh agama hindu. Oleh karena itu, cerita wayang yang awalnya menceritakan heroisme nenek moyang mulai beralih ke cerita Mahabarata dan Ramayana yang kita ketahui selama ini. Kemudian pertunjukan wayang mulai mengalami modifikasi yang tidak bisa dilepaskan dari kuatnya pengaruh unsur agama pada masyarakat Jawa.

Kemudian memasuki era kerajaan Islam, pertunjukan ditampilkan dalam bentuk yang berbeda-beda. Hingga akhirnya wayang kulit mulai berakulturasi dengan nilai-nilai agama Islam yang mempunyai pengaruh kuat di Jawa. Pada saat Kerajaan Demak berkuasa, wayang digunakan sebagai instrumen untuk menyebarluaskan agama Islam yang dimotori oleh Sunan Kalijaga. Strategi tersebut dianggap sebagai cara efektif untuk menyiarkan Islam karena ketertarikan masyarakat pada kesenian cukup tinggi. Wayang pun mulai mengalami pengubahan baik dari cerita maupun penampilan.

Dengan demikian, wayang juga tidak hanya sebagai fungsi pertunjukan dan hiburan semata ya sobat genpi. Di sisi lain, wayang juga dapat sebagai alat politik dalam menyebarluaskan pengaruh agama Islam di Jawa. Gimana sobat genpi dengan ini sudah tau kan jika wayang bukan hanya seni pertunjukan saja? Wah ternyata menarik ya fungsi dari wayang ini. Yuk teman-teman lestarikan budaya kita!

Sumber:
Anggoro, Bayu. 2018. “Wayang dan Seni Pertunjukan: Kajian Sejarah Perkembangan Seni Wayang di Tanah Jawa sebagai Seni Pertunjukan dan Dakwah”. Juspi: Jurnal Sejarah Peradaban Islam, Vol. 2 No. 2, hlm. 122—133.

Sumber gambar:
voaindonesia.com

Herlambang Eka Persada, Universitas Gadjah Mada, Program internship genpinas tahun 2020

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here