Tradisi Suru Maca Bugis tribuntimurtravel.tribunnews.com Sulawesi Selatan
(Sumber foto: tribuntimurtravel. tribunnews. com)

Setiap daerah di Indonesia memiliki tradisi unik dalam menyambut bulan suci Ramadan. Di Sumatera Utara, misalnya, ada Punggahan. Di Aceh ada Meugang. Di Jawa ada Padusan. Di Makassar Sulawesi Selatan ada Suru Maca.

Suru Maca adalah tradisi membaca doa bersama untuk para leluhur dengan perantara makanan yang diletakkan di atas terpal atau tempat tidur. Biasanya, tradisi ini dilakukan satu pekan sebelum dimulainya bulan Ramadan.

Suru Maca sendiri berasal dari Bahasa Bugis, assuro yang berarti meminta dan maca yang berarti membaca. Tradisi ini telah eksis sebelum Islam datang.

Baca juga:
* Appalettek Ballak, Tradisi Memindahkan Rumah di Sulawesi Selatan

Persamaan pandangan Islam dan kepercayaan nenek moyang Bugis terhadap dewa swuae (dewa satu-satunya) kemudian menciptakan Suru Maca yang telah terakulturasi ini.

Suru Maca merupakan wujud penghormatan suku Bugis baik terhadap Allah maupun leluhur mereka. Tak hanya dilakukan menjelang bulan Ramadan, Suru Maca juga kerap diadakan saat musim panen dan saat seseorang meninggal dunia.

Tradisi Suru Maca dipimpin oleh puang katte (khatib), puang imang (pendeta desa) atau panrita (orang pintar) yang dituakan masyarakat. Sembari makanan disajikan, tokoh agama tersebut akan membacakan doa-doa dan warga yang hadir akan mengikutinya.

Makanan yang telah didoakan kemudian disantap bersama-sama. Makanan yang biasa disajikan adalah makanan khas suku Bugis. Seperti unti tekne (pisang raja), sokko ugi (ketan hitam dan putih), umba-umba (onde-onde), hingga lauk-pauk berbahan dasar ayam seperti opor ayam dan ayam goreng tumis.

Pilihan makanan pada tradisi Suru Maca ini menyimpan filosofi tersendiri. Hidangan yang identik dengan tepung, gula merah, dan kelapa, misalnya, menggambarkan kehidupan yang makmur dan sejahtera.

Makanan pokok seperti nasi putih, beras ketan, dan ayam serta ikan menggambarkan kehidupan yang mapan dan berkecukupan.

Sementara itu, unti tekne menyimbolkan harapan manisnya kehidupan berkeluarga dan bertetangga. Dupa yang disajikan bersama unti tekne juga dipercaya akan membuat pemilik rumah selalu tercium harum.

Baca juga:
* Tradisi Adu Betis, Uji Kekuatan Pemuda Sulawesi Selatan

Umumnya, tradisi Suru Maca juga diikuti dengan ziarah ke makam para leluhur, penyiar Islam, serta saudara dan keluarga. Hal ini dilakukan sebagai bentuk penghormatan sekaligus pengingat atas kematian.

(Penulis: Sabila Rosyida, Universitas Indonesia, Peserta Magang GenPinas 2022)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here