Tarawangsa (Foto: Antara Foto)

Indonesia terkenal dengan julukan-nya sebagai negara agraris, yang disebabkan letak Indonesia yang sangat strategis hingga memungkinkan berbagai macam tumbuhan subur disini dan memiliki banyak sekali wilayah laut.

Karena hal tersebut, kita dapat dengan mudah menghasilkan berbagai macam kebutuhan pokok dengan mudah. Masyarakat adat seringkali berterimakasih kepada leluhur mereka lewat tradisi-tradisi, salah satunya adalah Tarawangsa yang berasal dari Bandung.

Tarawangsa merupakan tarian yang dilakukan oleh masyarakat adat Jawa Barat, khususnya Bandung untuk menunjukan rasa syukur mereka ke Tuhan YME.

Adapun rasa syukur ini dikarenakan Tuhan YME telah memberikan tanah yang subur sehingga mereka dapat menghasilkan padi dengan jumlah yang banyak.

Banyak sumber mengatakan bahwa tarian Tarawangsa berasal dari abad ke-10 yang tertuang di kitab-kitab kuno di Bali, namun dengan kata “trewasa” dan “trewangsah”. Sayangnya, dengan adanya globalisasi kebudayaan ini mulai tergeser oleh budaya asing dan perlahan-lahan mulai dilupakan oleh masyarakat Bandung itu sendiri.

Tarawangsa berasal dari 3 gabungan kata, yaitu Ta, Ra, dan Wangsa. Ta berarti meta yang dalam bahasa sunda artinya pergerakan, lalu ra disini sama dengan dewa api di mesir yang juga menganalogikan matahari. 

Wangsa memiliki arti yang sama dengan kata bangsa, yaitu sekumpulan manusia di suatu wilayah dengan aturan yang mengikat.

Dapat disimpulkan, bahwa Tarawangsa adalah suatu cerita kehidupan perkumpulan manusia di negeri matahari. Lebih lanjut lagi, Tarawangsa juga menjadi wujud syukur ke matahari, yang karenanya memungkinkan terjadinya musim panen padi yang sangat berguna untuk memenuhi kebutuhan pokok masyarakat.

Biasanya, Tarawangsa dilakukan ketika musim panen telah tiba.

Tarawangsa diiringi dengan kordofon yang terdiri dari 2 jenis, yaitu Tarawangsa dengan cara digesek dan Jentreng dengan cara dipetik.

Bentuk kedua alat musik ini sangatlah unik, dikarenakan terbuat dari kayu berleher panjang dengan 2-3 utas dawai. Kombinasi dari kedua alat musik tersebut akan mendukung nuansa kuat karakter musik dari Tarawangsa itu sendiri.

Alat musik Tarawangsa di beberapa daerah terdiri dari 2 jenis, yaitu lagu pokok dan lagu pilihan. Lagu pokok disini terdiri dari berbagai jenis, yaitu pangemat, pangapungan, pamapag, panganginan, panimang, lalayaan, dan bangbalikan.

Adapun lagu pilihan terdiri dari saur, angin-angin, kembang gadung, onde, karatonan, buncis, ambing, panglima, dan lain-lain.

Alat musik Tarawangsa hanya dimainkan oleh dua orang, yaitu satu pemain Tarawangsa dan satu pemain Jentreng. Biasanya, pemain alat musik tersebut berjenis kelamin laki-laki dengan usia 50-60 tahun.

Adapun kedua pemain tersebut jugalah petani yang ingin mengungkapkan rasa syukur-nya akan hasil musim panen padi.

Penari Tarawangsa terdiri dari perempuan dan pria. Mula-mula, penari pria akan memulai duluan dengan menari secara teratur, barulah disusul oleh penari perempuan. Tarian mereka melambangkan tugas mereka yaitu untuk menurunkan Dewi Sri dan leluhur mereka lainnya.

Barulah setelah beberapa saat, seluruh orang yang ada di sekitar situ ikut menari dengan gaya bebas tanpa aturan, berbeda seperti penari pria dan perempuan di awal yang memiliki gerakan pokok dalam menari.

Seringkali penari Tarawangsa mengalami kondisi tidak sadarkan diri yang dipercaya oleh masyarakat sekitar merupakan pengaruh dari metafisika.

Penulis: Anggean Reynady, Universitas Brawijaya, Peserta Magang GenPInas 2021

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here