kampung adat cireundeu kota cimahi - Dede Diaz Abdurahman 3
Kampung Adat Cireundeu, menjadi salah satu destinasi wisata Kota Cimahi yang unik dan menarik. (Foto: Dede Diaz Abdurahman/GenPI Jabar)

Kampung Adat Cireundeu – Indonesia memiliki beragam kampung adat yang tersebar di setiap wilayahnya. Setiap daerah memiliki keunikan kampung adatnya. Termasuk kampung yang ada di Kota Cimahi Jawa Barat ini.

Kampung Adat Cireundeu adalah sebuah kampung dengan luas 64 hektar. Terbagi 2 bagian; 60 hektar digunakan untuk pertanian dan 4 hektarnya untuk pemukiman. Warga di kampung ini konsisten dalam meyakini dan menjalankan ajaran kepercayaan turun temurun.

Mereka melestraikan budaya nenek moyang mereka.

Kampung adat sendiri bisa diartikan sebagai suatu wilayah di dalam kumpulan masyarakat adat yang mempunyai hak asal usul berupa hak mengurus wilayah dan mengurus kehidupan masyarakat hukum adatnya.

Baca juga:
* Kasepuhan Ciptagelar, Pesona Pelosok Sukabumi

Lokasi Kampung Adat Cireundeu

peta kampung adat cireundeu kota cimahi jawa barat - Dede Diaz Abdurahman
(Foto: Dede Diaz Abdurahman/GenPI Jabar)

Kampung adat ini terletak di sebuah lembah yang diapit Gunung Kunci, Gunung Cimenteng, dan Gunung Gajahlangu.

Secara administratif Cireundeu masuk wilayah Kelurahan Leuwigajah, Kecamatan Cimahi Selatan, Kota Cimahi, Provinsi Jawa Barat.

Peta

Keunikan Kampung Adat Cireundeu

Lalu apa saja keunikan dan daya tarik kampung adat Cirendeu ini?

Simak terus ya sampai selesai 🙂

1. Sejarah Cireundeu

Asal kata Cireundeu berasal dari sebuah pohon bernama ‘Rendeu’. Sudah bisa kamu tebak, di kampung ini terdapat banyak Pohon Rendeu.

Adapun kegunaan atau khasiat dari Pohon Rendeu adalah bisa digunakan sebagai bahan obat herbal. Masyarakat setempat sering menggunakannya saat memerlukan.

Sebelum dikenal sebagai kampung adat, Cireundeu dulunya adalah tempat pembuangan sampah warga Kota Cimahi. Baru di tahun 2007 Cireundeu mulai dikenal sebagai sebuah wilayah desa tradisional.

Kampung Adat Cireundeu dikelola oleh pemerintahan lokal, RT dan RW. Yang merupakan tingkatan tertinggi di wilayah Cireundeu.

Sedangkan secara tradisional Cireundeu memiliki orang yang ‘dituakan’, disebut dengan Sesepuh. Kini Sesepuh Cireundeu sudah mencapai generasi ke-5.

Kampung Adat ini memiliki luas 64 ha terdiri dari 60 ha untuk pertanian dan 4 ha untuk pemukiman.

Bisa baca informasi lengkapnya di: cimahikota.go.id

2. Kepercayaan

Prosesi Upacara Adat Syuraan Tahun Baru Saka 1 Sura Saka Sunda Kampung Adat Cireundeu @rudy.leung
Salah satu prosesi upacara adat saat perayaan Syuraan Tahun Baru Saka 1 Sura. di Kampung Adat Cireundeu. (Foto: IG @rudy.leung)

Masyarakat adat Kampung Cireundeu adalah bagian dari Sunda Wiwitan yang tersebar di daerah Cigugur-Kuningan-Cirebon. Kesemua mereka sebagian besar memegang teguh kepercayaan Sunda Wiwitan sampai sekarang.

Agama leluhur yang mereka anggap sebagai sebuah agama besar. Dengan ajaran-arajan peduli terhadap alam dan sopan santun.

Masyarakat adat Cireundeu memandang agama sebagai sebuah ageman (pegangan). Menjadi tuntunan hidup, keselamatan, yang tidak bisa lepas dari pemaknaan budaya.

Artinya ketika seseorang memeluk agama, maka ia sedang menjalankan dan memaknai budaya yang melekat pada agama yang dianut.

Konsep agama Sunda Wiwitan yang dianut masyarakat adat Cireundeu, yaitu Tuhan yang disebut “Gusti Sikang Sakang Sawiji Wiji” atau di atas segalanya pencipta mereka.

“Mulih Kajati Mulang Ka Asal”,
setiap manusia akan kembali kepada Tuhan.

3. Rasi sebagai Makanan Utama

foto gambar rasi - beras singkong kampung adat cireundeu cimahi - @si_angeline @genpi.bdgraya
Rasi, beras singkong, makanan khas di Kampung Cireundeu. (Foto: @si_angeline @genpi.bdgraya)

Sejak tahun 1918, sebagian masyarakat Cireundeu tidak pernah mengonsumsi nasi sebagai makanan pokoknya. Melainkan makanan utama yang dikonsumsi adalah singkong.

Masyarakat setempat menyebutnya ‘rasi’. Sebenarnya rasi hampir sama dengan nasi biasa, hanya saja terbuat dari singkong. Jika kehabisan singkong makanan penggantinya adalah jagung.

Cireundeu sendiri dikenal sebagai desa swasembada pangan. Masyarakat setempat akan mengonsumsi apa yang mereka tanam.

Rasi hasil singkong yang diolah, sudah dikonsumsi masyarakat Kampung Adat Cireundeu sejak sekitar 85 tahun lalu. Bisa dibilang masyarakatnya sudah mandiri pangan.

Sehingga mereka tidak terpengaruh oleh fluktuasi harga beras di pasaran. Dan kehidupan di kampung ini juga bisa dibilang tak terpengaruh gejolak ekonomi-sosial.

“Teu Boga Sawah Asal Boga Pare, Teu Boga Pare Asal Boga Beas, Teu Boga Beas Asal Bisa Nyangu, Teu Nyangu Asal Dahar, Teu Dahar Asal Kuat.”

“Tidak Punya Sawah Asal Punya Beras, Tidak Punya Beras Asal Dapat Menanak Nasi, Tidak Punya Nasi Asal Makan, Tidak Makan Asal Kuat.”

Kalimat tersebut seolah merangkum sejarah bagaimana masyarakat memakan rasi. Sesuai juga dengan tradisi nenek moyang mereka yang rutin berpuasa konsumsi beras dalam waktu tertentu.

Tujuan puasa adalah untuk mendapatkan kemerdekaan lahir dan batin. Sebuah ritual yang juga berfungsi untuk menguji keimanan seseorang. Serta sebagai pengingat akan Tuhan Yang Maha Esa.

4. Puncak Salam

Puncak salam merupakan tempat meditasi bagi masyarakat Cireundeu. Kegiatan meditasi ini dilakukan sebagai bentuk rasa syukur terhadap alam. Masyarakat setempat percaya bahwa meditasi dapat mengumpulkan energi dari alam.

Sebuah bukit dengan ketinggian 905 mdpl ini sering digunakan sebagai camping around oleh wisatawan. Biasanya masyarakat Cireundeu juga menjadikan Puncak Salam sebagai tempat upacara peringatan hari kemerdekaan Indonesia.

5. Pintu Samping Rumah Menghadap Timur

Ada satu keunikan bangunan yang bisa kamu lihat di seluruh penjuru kampung. Rumah mereka memiliki pintu samping yang menghadap ke arah timur.

Sebuah keharusan yang harus diterapkan oleh seluruh warga. Bertujuan agar cahaya matahari masuk ke rumah, ke bumi mereka.

6. Semangat Gotong Royong dan Hidup Berdampingan

kampung adat cireundeu kota cimahi  - Dede Diaz Abdurahman
Menyambut tamu yang datang. (Foto: Dede Diaz Abdurahman/GenPI Jabar)

Masyarakat kampung ini terdiri dari mayoritas pemeluk agama Islam. Berbaur dengan masyarakat adat, semuanya memiliki semangat bergotongroyong.

Banyak pihak yang sudah mengunjungi kampung adat ini. Mulai dari yang berutujan wisata, penelitian, acara adat, dan acara-acara lain.

Masyarakat adatnya tersebar di 3 RT. Ada 67 keluarga dengan 59 kepala keluarga.

Di kampung ini kamu bisa melihat ada masjid dan bale sarasehan. Bale ini adalah tempat pertemuan masyarakat adat.

Begitu mengagumkan bukan masyarakatnya bisa hidup berdampingan dengan harmonis. Semangat gotong royong tercermin dalam berbagai kegiatan kampung.

7. Hutan di Cireundeu

Hutan di Cireundeu dikenal sebagai hutan penyumbang oksigen terbesar di Kota Cimahi. Di sini hutan disebut juga dengan leweung.

Cireundeu memiliki tiga leweung yang berbeda, yaitu Leweung Baladahan, Leweung Tutupan, dan Leweung Larangan.

Leweung Baladahan adalah hutan yang menghasilkan sumber pangan seperti singkong, kacang-kacangan, dan lain-lain.

Leweung Tutupan terdiri dari berbagai tanaman herbal yang ditanam. Terdiri dari rendeu, toga, babadotan, dan mahoni.

Sedangkan Leweung Larangan adalah hutan yang tidak boleh dikunjungi oleh wisatawan. Hal ini karena hutan ini sangat dijaga dan dilindungi nilai sakralnya oleh masyarakat Cireundeu.

8. Kesenian

Kalau kamu berkunjung bertepatan dengan upacara adat, kamu bisa menyaksikan beberapa kesenian khas. Seperti kesenian gondang, karinding, serta angklung buncis.

Baca juga:
* Pesona Desa Wisata Malasari di Nanggung Kabupaten Bogor

Recommended!

Tidak mengherankan kalau kampung adat yang ada di Kota Cimahi ini menjadi destinasi wisata yang wajib dikunjungi.

Kita bisa berkunjung bersama keluarga atau kawan jalan. Menyaksikan dan belajar langsung mengenai ragam kearifan lokal yang masih dijalankan dalam kehidupan sehari-hari masyarakat kampung.

Ada rencana berkunjung ke Kampung Adat Cireundeu di Kota Cimahi Jawa Barat?

(Artikel Kampung Adat Cireundeu ini ditulis oleh Amelia Dwinda Gusanti, Universitas Telkom, Peserta Magang Genpinas)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here