Apa yang kamu pikirkan saat mendengar kata desa adat? Udik, usang, atau bahkan ketinggalan zaman? Semuanya dapat dipatahkan di Kasepuhan Ciptagelar, sebuah desa adat yang berada di pedalaman Taman Nasional Gunung Halimun-Salak (TNGHS).

Secara administratif, Kasepuhan Ciptagelar berada di dusun Sukamulya, Desa Sirnaresmi, Cisolok, Sukabumi, Jawa Barat. Kata ‘kasepuhan’ atau dalam bahasa sunda ‘kakolot’ yang digunakan oleh desa adat ini berarti yang dituakan atau sesepuh. Hal ini sejalan dengan catatan sejarah desa adat Ciptagelar yang memuat bahwa desa adat ini telah berdiri sejak tahun 1368 dan mengadopsi sistem pemerintahan secara turun temurun, sehingga Kasepuhan Ciptagelar berarti tempat tinggal sesepuh atau mereka yang dituakan.

Wangsit dari Karuhun, Adat Istiadat Patut dijunjung Tinggi

Ugi Sugriana atau lebih akrab disapa Abah Ugi, sang kepala adat, menuturkan bahwa Kasepuhan Ciptagelar ini telah beberapa kali berpindah tempat. Kebiasaan berpindah tempat ini merupakan tradisi yang telah dilakukan turun temurun dan akan dilaksanakan jika Kepala Adat mendapatkan wangsit dari para karuhun atau leluhur melalui mimpi untuk berpindah. Dalam pelaksanaannya, Abah Ugi tidak pernah memaksa warganya untuk ikut berpindah tempat. Sebaliknya, desa yang ditinggalkan dan masih berpenghuni akan menjadi desa sendiri dan terpisah dari Kampung Gede atau Pusat Pemerintahan dari Kasepuhan Ciptagelar. Misalnya saja Desa Sirnarasa, yang merupakan jejak dari Kasepuhan Ciptagelar sebelum berpindah pada tahun 2010.

Selain berpindah tempat, Kasepuhan Ciptagelar juga memiliki kepercayaan bahwa padi adalah simbol kehidupan, sehingga di dalam desa adat ini pantang hukumnya memperjualbelikan padi. Pantangan ini juga bertujuan untuk swasembada pangan bagi warganya. Uniknya lagi, di Kasepuhan Ciptagelar, masa panen padi hanya sekali dalam setahun. Pada masa panen tersebut, masyarakat Ciptagelar akan menggelar Upacara Adat Seren Taun atau perayaan musim panen yang dilakukan dengan memasukkan padi ke dalam lumbung yang berbentuk rumah panggung ramping bernama Leuit Si Jimat hingga rangkaian acara pagelaran budaya. Walaupun upacara adat yang paling terkenal adalah Seren Taun, masih banyak upacara adat yang dilakukan Kasepuhan Ciptagelar sebagai ucapan terima kasih kepada alam, tuhan, dan para leluhur yang telah menjaganya, tutur Kang Yoyo salah satu dewan kakolot Kasepuhan Ciptagelar.

Tidak Menutup Diri dan Anti Teknologi

Walaupun kental dengan kebiasaan dan tradisi adat, Kasepuhan Ciptagelar tidak pernah menolak atau menutup diri dari perubahan loh ! Justru sebaliknya. Berkat pengaruh pendidikan dan pariwisata, Abah Ugi mengaku bahwa Kasepuhan Ciptagelar banyak belajar dan mengadaptasi ilmu dari luar, khususnya di bidang teknologi. Beliau menuturkan bahwa saat ini Ciptagelar telah berhasil membuat drone dan saluran tv lokalnya sendiri (Ciga TV), dengan bantuan wisatawan asal Perancis yang berkunjung dan menetap selama 1 tahun disana. Selain drone dan saluran tv lokal, Kasepuhan Ciptagelar juga sedang berusaha membuat jaringan telepon hingga provider lokal untuk para warganya. Maklum, tinggal di gunung susah sinyal jadi mending bikin sendiri, tutur Kang Yoyo sebagai ketua dari proyek tersebut.

Selain dari wisatawan yang datang, adanya teknologi canggih juga berasal anak muda di Ciptagelar. Kewajiban untuk menuntut ilmu di luar desa hingga ke luar negeri dan kembali untuk menerapkan ilmu ke desanya membuat banyak sumbangan ide dari anak muda di Ciptagelar. Salah satu contohnya yakni ide pengembangan pariwisata di Ciptagelar hingga pemasaran komoditas Kopi Ciptagelar ke luar pulau jawa.

Sensasi Offroad dan Staycation Syahdu ala Desa

Karena keberadaanya di wilayah Taman Nasional Gunung Halimun-Salak, Kasepuhan Ciptagelar yang terletak di ketinggian 1.050 meter di atas permukaan laut ini mempunyai udara yang sangat sejuk. Suasana asri dan rimbunnya seakan menyambut para wisatawan yang datang seperti pulang ke kampung halaman. Kerukunan serta keramahan warganya menambahkan rasa damai dan nyaman. Untuk kamu yang doyan liburan jenis staycation pasti betah dan malas pulang jika sudah sampai di Kasepuhan Ciptagelar !

Selain staycation, para penggemar adrenalin akan dimanjakan oleh sensasi offroad 14 km eksklusif dengan mobil jeep milik Abah Ugi. Dengan jalur Gunung Halimun-Salak yang berkelok-kelok dan terjal, kamu akan disambut dengan guncangan-guncangan penuh adrenalin khas offroad saat mencoba wisata ini.

Transportasi

Agar dapat mencapai Desa Adat Kasepuhan Ciptagelar, kamu harus menempuh jarak 27 km dari pusat Kota Sukabumi. Untuk kamu yang lebih suka menggunakan transportasi umum, disarankan untuk naik bus dengan jurusan Pelabuhan Ratu lalu disambung dengan carter angkot atau mobil elf ke Ciptagelar lalu berhenti di Desa Sirnarasa dan akan dijemput oleh para warga Ciptagelar yang sudah menunggu kedatanganmu. Bagi para pengendara kendaraan pribadi disarankan untuk menghubungi Kang Yoyo agar lebih mudah mencapai Kasepuhan Ciptagelar setelah menempuh rute arah Pelabuhan Ratu. Kang Yoyo bisa kamu hubungi lewat telepon ataupun via aplikasi Line di 0813 1916 7450.

Itulah tadi, sepotong kebahagiaan dari Kasepuhan Ciptagelar.

Kamu juga mau merasakannya?

Yuk langsung meluncur !

Ditulis Oleh Galuh Haris Septyana, Universitas Gadjah Mada, Prodi Pariwisata, Pada Program Magang GENPINAS tahun 2020

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here