Sumber Gambar: kompas.com

Tahukah kalian jika pariwisata menjadi penyumbang devisa paling besar setelah minyak kelapa sawit? Setiap tahunnya sejak 2011 devisa pariwisata terus meningkat di tiap tahunnya. Bahkan dilansir dari website Kemenpar menunjukkan devisa pariwisata tahun 2016 mencapai 13,5 Juta USD yang berada diurutan kedua setelah kelapa sawit. Hal ini semakin menunjukkan jika pariwisata mempunyai posisi penting dalam peningkatan perekonomian Indonesia.

Selama ini mungkin masyarakat global lebih mengenal Bali dibandingkan destinasi wisata lain di Indonesia. Oleh sebab itu, pemerintah kemudian mencanangkan program 10 Bali baru untuk semakin meningkatkan kunjungan wisata ke Indonesia sehingga tidak hanya Bali yang menjadi episentrum pariwisata Indonesia.

Berbicara mengenai wisatawan, ternyata pengunjung destinasi dapat dibagi menjadi dua kelompok besar loh sobat genpi. Dua kelompok tersebut adalah leisure visitor dan business visitor. Dari namanya, leisure visitor dapat diartikan sebagai pengunjung yang mempunyai motivasi murni untuk rekreasi sedangkan business visitor dikategorikan dengan pengunjung yang mempunyai tujuan lain, seperti bisnis atau pertemuan tertentu.

Nah, selain pengembangan destinasi untuk rekreasi, Indonesia juga sangat berpeluang dalam menjadi destinasi untuk tujuan MICE. Pemerintah juga menetapkan 10 kota utama dan 3 kota potensial tujuan MICE lho selain 10 destinasi wisata prioritas. Kota utama tersebut antara lain: Medan, Padang, Batam, Jakarta, Bandung, Yogyakarta, Surabaya, Bali, Makassar, dan Manado, sedangkan kota potensial adalah Palembang, Lombok, dan Balikpapan.

Namun, dalam pengembangan masih diperlukan faktor penunjang lagi untuk menjadi destinasi wisata yang berdaya saing. Menurut hasil penelitian terdapat empat faktor penunjang, seperti aksesibilitas, atraksi, amenitas, dan SDM. Faktor aksesibilitas berkaitan dengan kemudahan seseorang untuk mencapai destinasi MICE yang mempunyai indikator seperti, jumlah bandara internasional, biaya, jadwal, kenyamanan transit, imigrasi dan karantina, frekuensi, dan konektivitas bandara.

Selanjutnya, faktor kedua berkaitan apa yang ditawarkan dari destinasi MICE tersebut. Namun jangan salah, atraksi yang ditawarkan bukan keindahan alam lho tetapi fasilitas pertemuan atau pameran. Kriteria penunjang faktor kedua dapat dikatakan ketersediaan venue untuk menyelenggarakan MICE. Ada beberapa indikator yang perlu diperhatikan dalam faktor ini, seperti fasilitas pertemuan, pameran, akomodasi, kapasitas venue, dan tempat-tempat yang menarik.

Faktor penunjang ketiga dalam industri MICE berkaitan dengan keadaan lingkungan sekitar dan citra destinasi. Siapa sangka ternyata citra destinasi juga sangat mempengaruhi lho. Hal ini karena berkaitan tingkat keamanan, kenyamanan, bahkan keselamatan pengunjung ketika mengunjungi tempat tersebut. Kondisi lingkungan juga sangat berperan dalam menentukan kenyamanan pengunjung lho terutama berkaitan dengan hygiene dan sanitasi.

Terakhir faktor yang menentukan kesuksan industri MICE adalah kualitas sumber daya manusia atau SDM. Adanya SDM yang profesional menjadi paramater utama dalam mendukung faktor keempat ini lho. Di samping itu, dukungan SDM juga sangat diperlukan terutama berkaitan dengan regulasi penyelenggaraan kegiatan dan pemasaran destinasi. Ketersediaan SDM ini bukan saja berkaitan dalam memberikan pelayanan kepada tamu. Akan tetapi lebih dari itu berkaitan dengan pengelolaan destinasi MICE secara profesional untuk semakin menunjang kesuksesan.

Sumber:

Kusuma, Chusnu Syarifa Diah. 2019. “MICE-Masa Depan Bisnis Pariwisata Indonesia”. Jurnal Efisiensi, Vol. 16, No. 2. Hlm. 52—62.

Setyawan, Heri. 2018. “Daya Saing Destinasi MICE di Indonesia”. Jurnal Pariwisata Terapan, Vol. 2, No. 1, Hlm. 26—32.

Kontributor Herlambang Eka Persada, Universitas Gadjah Mada, Program internship Genpinas tahun 2020, Kelompok 11 Ekonomi Kreatif.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here