Sobat genpi, tak terasa ya sudah hampir 6 bulan pandemi covid 19 melanda negara kita. Meskipun sekarang kita sudah memasuki era new normal atau adaptasi kebiasaan baru, mempunyai pengaruh yang sangat besar dalam kehidupan masyarakat kita.

Pengaruh pandemi ini juga menjalar ke berbagai sektor kehidupan, salah satunya sektor-sektor industri kreatif dan pariwisata. Kita semua tahu bahwa pariwisata merupakan salah satu sumber pemasukan yang cukup diandalkan oleh negara. Kebun binatang, wisata pantai, museum, wahana rekreasi merupakan sektor pariwisata yang sering kita dengar terkena dampak akibat pandemi. Tapi tahukah sobat genpi pariwisata bukan saja menyangkut tempat-tempat yang saya sebutkan tadi loh ?

Sobat genpi mesti tahu juga nih, ternyata destinasi pasar digital menjadi salah satu dari sekian banyak sektor pariwisata yang telah disebutkan di atas juga terkena dampaknya. Salah satunya ialah Pasar Yosomulyo Pelangi atau sering disebut dengan pasar Payungi. Sudah tahu belum sobat genpi mengenai Pasar Payungi ? Pasar ini terletak di Yosomulyo, Metro Pusat, Provinsi Lampung. Di tengah-tengah pandemi seperti ini, Pasar Payungi memilih untuk bergerak dan berkreasi dan membuktikan kepada kita pandemi seperti saat ini tidak boleh menutup ruang untuk bergerak dan berkreasi dalam kegiatan apapun. Penasaran bagaimana ceritanya? Yuk simak ulasan saya berikut ini.

Pasar Payungi merupakan salah satu destinasi pasar digital yang digerakkan oleh salah satu penggerak yang bernama Dharma Setyawan, dibantu oleh masyarakat sekitar serta bekerja sama dengan komunitas GenPI (Generasi Pesona Indonesia) yang sudah berjalan hampir 2 dekade. Pasar ini telah mampu memadukan berbagai unsur pasar yang mainstream dengan berbagai unsur kreatif sekaligus edukatif seperti tersedianya berbagai macam kuliner tradisional, permainan tradisional, berbagai wahana ramah anak, zona mural disertai zona foto yang instragamable, pojok organik, pojok pustaka yang membuat pasar ini mendapat omset hingga 40 juta setiap pergelarannya sebelum pandemi loh !

Keren kan sobat genpi, lalu kira-kira bagaimana ya aktivitas pasar ini saat pandemi seperti sekarang ini?. Ternyata di saat pandemi Pasar Payungi sempat mengambil cuti yang cukup lama selama 3 bulan, mulai 14 Maret sampai 14 Juni 2020. Lalu apa saja yang dilakukan selama (kalau bahasa anak jaman sekarang) “masa kegabutan” ini ya?. Dilansir dari salah satu tulisan mas Dharman di sebuah portal berita, beliau mengutarakan di masa kegabutan tersebut sempat mengalami kemacetan gerakan, ditambah dengan berita bahayanya covid 19 yang cukup meresahkan masyarakat sekitar pasar. Namun beliau menyatakan bahwa Pasar Payungi adalah sebuah proses kreatif yang menolak untuk jeda serta lebih memilih untuk tetap bergerak sekaligus berkreasi di masa-masa cuti tersebut.

Kreasi yang dilakukan Pasar Payungi selama cuti adalah melakukan upaya menanam sayuran selama pandemi, tetap berjualan melalui online dan dititipkan ke warung-warung tetangga. Kami juga membuat sekam bakar, membuat kolam ikan, biogas, permakultur sayuran organik, membuat kompos, takakura basket, menanam lebih banyak bunga AMP untuk budidaya lebah. Dengan diadakannya kreasi seperti ini, kehidupan perekonomian tetap terjalin meski tak semulus sebelum pandemi. Memasuki era new normal, semua keadaan tersebut berbalik 1800, kini Pasar Payungi telah mampu kembali meraup kembali omset seperti kondisi normal loh ! Kok bisa ya? Begini nih rahasianya sobat genpi…

Dalam wawancara singkat saya dengan salah satu penggerak Pasar Payungi, yaitu Dharman Setyawan, Pasar Payungi mulai memberanikan diri untuk kembali beraktivitas atau buka pada tanggal 15 Juni 2020 dengan menggunakan protokol kesehatan. Awalnya, Pasar Payungi mampu meraih omset kembali seperti awal buka yaitu 16 juta, sekarang setelah 4 kali lebih buka (hingga saat ini) kami kembali mendapat omset normal lagi 40 juta pergelaran. Kesuksesan seperti ini tidak datang begitu saja melainkan sudah dipersiapkan secara matang oleh beliau. Menuju kembalinya aktivitas Pasar Payungi, warga sekitar pasar melakukan persiapan secara ber-gotong royong dengan memperbaiki ruang, membuat tempat duduk lebih nyaman, mural lagi tema baru dan promosi di media sosial IG @payungi_.

Kunci keberhasilan Pasar Payungi saat bangkit kembali di tengah pandemi menurut mas Dharman ada tiga, yaitu semangat gotong royong, perluasan ruang kreatif dan pemanfaatan media digital. Hal ini sepantasnya mampu dicontoh serta ditiru oleh para industri pariwisata yang lain maupun sobat genpi nih, sekaligus menjadi pembuktian memilih bergerak dan terus berkreasi di tengah pandemi seperti saat ini merupakan bentuk perjuangan yang nyata dalam menghadapi berbagai kesulitan di masa pandemi seperti sekarang ini.

Kontributor : Rizqi Fadhiila, mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Sumber :

  1. Wawancara dengan Bapak Dharman Setyawan
  2. https://travel2lampung.com/pasar-yosomulyo-pelangi-payungi-ruang-kreatif-sekaligus-ruang-edukatif-yang-selalu-memberikan-pengalaman-baru/
  3. https://madani-news.com/payungi-dan-pandemi-kembali-hidupkan-ekonomi-kreatif-warga/

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here