Home Destinasi Tradisi Lompat Batu Nias Siap Mendunia

Tradisi Lompat Batu Nias Siap Mendunia

0
2052
tradisi lompat batu suku nias - sumatera utara - kemenpargoid
Tradisi lompat batu suku Nias, hanya bisa kita saksikan di Desa Bawomataluo, Nias Selatan, Sumatera Utara. (Sumber: kemenpar.go.id)

Tradisi Lompat Batu Nias – Siapa yang tidak ingin traveling saat liburan ke Pulau Nias di Sumatera Utara? Satu daya tarik yang membuat banyak wisatawan penasaran, tradisi lompat batu Suku Nias. Menjadi daya tarik dan ikon Pulau Nias, Sumatra Utara.

Warga Nias menyebut tradisi lompat batu, dalam bahasa setempat, dengan Fahombo. Sebuah tradisi yang hanya dilakukan oleh laki-laki suku Nias. Dan saat ini sudah menjadi atraksi wisata yang sangat unik dan khas.

Baca juga:
* 7 Tempat Wisata di Nias Utara Ini Keren Banget!

Desa Bawomataluo

Tangga Desa Bawomataluo - @ghodek.
Tangga Desa Bawomataluo. (Foto; Instagram @ghodek)

Desa Bawomataluo, tempat lompat batu masih sering dilakukan, berada di arah selatan Bandara Binaka, Gunung Sitoli. Butuh waktu sekitar 2,5 jam untuk sampai di desa tradisional di Nias Selatan ini.

Lokasi desa berada di atas bukit batu. Pintu masuk ke desa pun berupa tangga batu dengan 86 anak tangga. Butuh beberapa kali hela napas untuk fasih mengucapkan ‘Bawomataluo’ dan untuk sampai di atas.

Bawomataluo dalam bahasa Nias berarti bukit matahari. Sesuai dengan letaknya yang berada di atas bukit dengan ketinggian 324 meter di atas permukaan laut, dibangun berabad-abad lalu.

Di Desa Bawomataluo, kita bisa melihat rumah adat Omo Hada dan situs-situs megalitikum.

Lokasi di Google Map: Lompat Batu Desa Bawomataluo

Menjaga Adat dan Budaya

pemuda nias - sumatera utara - @andi_gultom
Pemuda Nias. (Foto; Instagram @andi_gultom)

Setidaknya ada seribu kepala keluarga yang meninggali Desa Bawomataluo. Mereka sangat memegang teguh nilai adat istiadat dari leluhur. Beragam pusaka budaya yang dulu dimiliki oleh para leluhur masyarakat Nias masih tersimpan dan dirawat dengan baik dan seksama.

Beberapa diantaranya adalah Omo Hada, yaitu rumah adat tradisional yang terbuat dari kayu dan tanpa paku. Situs megalitikum juga masih bisa kita lihat sampai sekarang.

Mereka juga melestarikan tari-tarian, hingga atraksi lompat batu alias hombo batu. Tidak heran, atraksi-atraksi tersebut menjadi magnet bagi para pelancong untuk singgah di Bawomataluo.

Sungguh inspiratif, bisa melestarikan budaya Bawomataluo secara turun-temurun dari generasi ke generasi.

Berkeliling Desa

Desa Bawomataluo - @pinouva
(Foto; IG @pinouva)

Saat ada wisatawan yang datang, biasanya ada pemuda desa yang menghampiri. Mereka menjadi pemandu wisata di desay yang dikenal dengan keindahan matahari terbit itu.

Mereka akan banyak bercerita mengenai desanya, termasuk soal waktu terbaik untuk foto. Kalau bisa datang pukul 5 pagi, untuk melihat matahari terbit.

Pemandu wisata juga akan mengajak kita untuk melihat-lihat karya arsitektural dan patung-patung kuno.

Kalau beruntung, kita bisa menyaksikan upacara adat berlangsung. Termasuk saat ada salah satu warga yang sedang berduka.

Kalau ada yang meninggal, masyarakat akan memotong babi untuk dibagikan ke seluruh warga desa. Sebuah acara berkabung saat ada seorang warga yang baru saja meninggal dunia.

Lompat Batu

tradisi lompat batu suku nias - sumatera utara - @vinnypsari
(Foto; IG @vinnypsari)

Setelah asyik berkeliling kampung dengan rumah adat berbaris rapi dikelilingi lembah itu, tujuan selanjutnya adalah menyaksikan atraksi lompat batu.

Kalau ingin menyaksikan tradisi ini, pengunjung harus membayar 2 orang pemuda desa sebesarRp. 150 ribu untuk dua kali lompatan. Setiap pemuda akan melompat satu kali.

Kalau ada pemuda yang menawarkan harga lebih tinggi dari itu, kamu bisa mencoba menawarnya. Karena kesepakatan pengurus desa adalah Rp. 150.000.

Dalam sehari seorang pemuda bisa melompat sampai 10 kali. Lumayan buat penghasilan mereka sehari-hari.

Pelaksanaan

gambar lompat batu nias - @totofore
(Foto; Instagram @totofore)

Pelaksanaan tradisi lompat batu ini sejatinya diadakan pada waktu yang sudah ditentukan oleh warga.

Tempat pelaksanaan tradisi lompat batu ini dilakukan di tempat yang khusus dibuat. Setiap kampung yang sering melakukan tradisi ini memiliki tempat tersendiri yang sudah digunakan secara turun-temurun.

Saat pelaksanaan, biasanya akan disaksikan oleh para warga kampung. Kemudian para pemuda bersiap dengan menggunakan baju pejuang Nias menunggu gilirannya.

Saat sudah gilirannya, pemuda tersebut akan mengambil ancang-ancang yang tidak terlalu jauh. Kemudian dia berlari sangat kencang, menginjakkan kaki pada sebongkah batu sebagai tumpuannya.

Lalu dia melompat setinggi-tingginya ke udara dan melewati batu besar setinggi 2 meter tersebut. Pemuda tersebut, saat melompat, tidak boleh mengenai batu besar tersebut. Kalau menyentuh maka dianggap belum berhasil.

Sejarah Lompat Batu Nias

sejarah lompat batu nias - @visitniasisland
(Foto: IG @visitniasisland)

Dalam budaya Nusantara zaman dahulu, belum ada keterlibatan latihan fisik layaknya olahraga modern. Suku asli Nusantara umumnya menghubungkan aktivitas fisik dengan praktik kesukuan; umumnya ritual, seni, kebugaran fisik dan bela diri.

Tarian perang dan pertempuran ritual pada suku Nusantara menjadi contoh awal dari “ritualisasi” latihan fisik di Indonesia modern.

Beberapa ritual suku asli Indonesia sangat mirip dengan olahraga, seperti tradisi fahombo Nias untuk ritual pendewasaan yang mirip dengan lompat gawang dan lompat jauh di atletik.

Pada zaman dulu, untuk diakui menjadi lelaku dewasa, pemuda Nias akan mencoba untuk melompati batu setinggi lebih dari 2 meter. Kalau berhasil, mereka akan menjadi lelaki dewasa dan boleh bergabung sebagai prajurit untuk berperang dan menikah.

Anak lelaki di Pulau Nias sudah disiapkan untuk melakukan giliran “fahombo” sejak usia 10 tahun.

Fahombo, sebagai ritual, dianggap sangat serius dalam adat Nias. Anak lelaki akan melompati batu tersebut untuk mendapat status kedewasaan mereka.

Dengan mengenakan busana pejuang Nias, menandakan bahwa mereka telah siap bertempur dan sebagai laki-laki dewasa yang siap memikul tanggung jawab.

(Sumber: Wikipedia)

Dan sepertinya Suku Nias adalah satu-satunya suku bangsa yang memiliki tradisi lompat batu ini di dunia?

Warisan Kebudayaan Dunia

tradisi lompat batu suku nias - @totofore
(Foto: IG @totofore)

Saat ini, Pemerintah sedang mengajukan Desa Bawomataluo sebagai salah satu warisan kebudayaan dunia. Kalau Desa Bawomataluo berhasil masuk kedalam daftar situs warisan dunia, diharapkan jumlah kunjungan wisatawan mancanegara ke Nias bisa mengalami peningkatan.

Setelah Desa Bawomataluo menjadi warisan dunia, tentu akan semakin mudah untuk dipasarkan. Dan bisa menjadi destinasi utama para wisatawan ke Nias selain ombaknya yang menantang bagi para surfer.

Baca juga:
* Bukit Tarabunga Balige, Spot Foto Eksotis di Tobasa

“Saohagolo Ama dan Ina, Dafalakhi sui”

Bahasa Nias yang berarti; Terimakasih banyak Bapak dan Ibu, sampai jumpa lagi.

Disadur dari: http://www.kemenpar.go.id/post/siaran-pers-bawomataluo-desa-lompat-batu-nias-yang-siap-mendunia

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here