Teh oplosan Tradisi minum teh di Solo Kadipaten Mangkunegaran Praja Mangkunegaran - @henymete_cooking
Tradisi teh oplosan Solo. Mengikuti tradisi minum teh sejak era Kadipaten Mangkunegaran (Praja Mangkunegaran). (Foto: @henymete_cooking)

Orang Solo Jawa Tegah tidak bisa melewatkan ‘ngeteh’. Sama seperti kamu yang tida bisa melewatkan ‘ngopi’. Namun beda dengan kebiasaan minum teh di daerah lain. Di kota ini kamu akan melihat orang Solo mengoplos sejumlah merek dalam satu seduhan.

Teh oplosan akan menghasilkan cita rasa baru. Berbeda dari rasa asal masing-masing merk. Dan jangan heran kalau kamu melihat orang Solo hapal dengan beragam teh dan wanginya.

Baca juga:
* 8 Minuman Pengganti Kopi Terbaik di Pagi Hari

Mereka tahu seberapa banyak harus mengoplos masing-masing merek. Sehingga teh yang mereka seduh dan minum memiliki kepekatan warna dan kental.

Setiap wedangan yang kamu temui bisa saja berbeda di berbagai tempat. Ngeteh di keluarga satu akan berbeda rasanya dengan ngeteh di keluarga lain.

Namun itulah yang menjadi daya tarik wisatawan untuk mencoba teh oplosan di Solo.

Sejarah Minum Teh di Solo

Tradisi minum teh di Solo sudah berlangsung sejak era kolonial. Termasuk budaya minum teh di Kadipaten Mangkunegaran atau Praja Mangkunegaran.

Kadipaten ini pernah berkuasa di daerah Surakarta selama 189 tahun, yaitu dari tahun 1757-1946.

Tradisi minum Teh ‘ala Solo’ tersebut melekat hingga sekarang. Menjadi perantara berdiskusi dengan tamu yang sedang dijamu.

Dalam sejarahnya terdapat tim peracik minuman di zaman kerajaan yang disebut dengan Jayeng. Terdiri dari peracik, penyeduh teh dan penguji yang bertugas menicicpi, mencium aroma teh.

Apabila tidak sesuai dengan standar untuk dinikmati oleh raja dan tamunya teh tersebut harus dikembalikan.

Standar yang ditentukan yaitu dari segi rasa dan aroma. Selain itu, terdapat aturan bagi penyeduh yang tidak boleh mendekatkan wajahnya ke teh yang diseduh.

Kemudian yang diperbolehkan mencicipi dan mencium aroma teh tersebut hanyalah penguji.

Proses pembuatan teh pun terbilang cukup panjang. Mulai dari teh yang diseduh di teko ukuran besar, lalu dibagi di teko lebih kecil.

Penyajiannya dilakukan oleh abdi dalem yang berjalan jongkok dari dapur hingga ruang tamu.

Sesampainya di ruang tamu, abdi dalem tidak diperkenankan melihat wajah raja dan tamunya. Abdi dalem juga baru boleh beranjak apabila raja belum memerintahkannya untuk pergi.

Dari proses pembuatan hingga penyajian, terdapat nilai kesabaran, kesopanan dan kesetiaan yang terpancarkan.

Baca juga:
* Bersantai di Rumah Teh Eropa-Jawa Ndoro Donker Karangnyar

Oplosan, Ciri Khas Teh Kota Solo yang Melegenda

Teh oplosan Tradisi minum teh di Solo Kadipaten Mangkunegaran Praja Mangkunegaran - @anggisoegito
Sudah pernah atau sering oplos berbagai merek teh? (Foto: @anggisoegito)

Teh di Solo memiliki ciri khas yaitu “oplosan” yang sudah dikenal pada masa Kadipaten Mangkunegaran.

Cita rasa khas teh solo tidak dapat ditemukan di daerah manapun. Pun orang luar solo yang minum teh solo akan merasakan bedanya.

“Oplosan” begitulah istilahnya, mencampurkan lebih dari satu jenis teh untuk mendapatkan cita rasa yang pas.

Selain itu warna teh solo yang cokelat pekat menjadi salah satu daya tarik tersendiri. Ditambah dengan aroma wangi daun teh yang harum.

Wedangan merupakan salah satu yang menggunakan teh campuran teh tiga merek sekaligus. Bak sudah menjadi aturan, sebagian besar wedangan di Solo pastinya meracik tehnya sendiri.

Dengan mengoplos teh akan menghasilan rasa baru dan berbeda dari rasa asal masing-masing merek.

Setiap wedangan di Kota Solo memiliki campuran resep teh tesendiri. Perpaduan rasa pait, sepat, manis sehingga tercipta rasa yang khas.

Aroma yang dihasilkan pun lebih kuat dan melekat di lidah pembeli.

Kali pertama penulis menapakan kaki di Solo, merasakan aneh dengan teh yang disajikan. Setelah diteguk dan dirasakan lebih lama, rasa khasnya memang tidak dapat dijumpai di daerah mana pun.

Kebiasaan minum teh juga sudah menjadi kebutuhan bagi masyarakat Solo. Tidak mengenal waktu rasanya, minuman favoritnya adalah teh.

Makanan apapun di rasa akan cocok apabila dilanjutkan dengan minum dengan teh. Baik teh hangat ataupun teh dingin.

Merek teh yang beredar saat ini sudah semakin banyak. Namun warga solo memiliki primadona tersendiri. Sintren namanya, primadona dan cocok dipadu-padakan dengan merek Nyapu, Gopek, Gardu ataupun 999.

Teh Blontea, hasil racikan tangan Blontak Poer menjadi salah satu primadona di Solo.

Teh oplos solo pun sangat beragam, campuran teh solo, pekalongan dan slawi juga ada. Teh Solo identik dengan kekentalannya. Teh Pekalongan untuk aroma wanginya. Teh Slawi begitu khas dengan rasa sepetnya.

Cita rasa dan kualitas teh berada di tangan si peracik, dengan berbagai aspeknya.

Seperti panasnya air ketika menyeduh. Terkesan sederhana, namun menjadi sangat krusial apabila tidak dilakukan dengan teliti dan hati-hati.

Baca juga:
* Selain Bir Pletok, Betawi punya Minuman Tradisional Aer Manis

Sudah pernah mencoba teh oplosan ala Solo? Bagaimana pendapatmu?

(Penulis: Nova Nurlaila, Universitas Sebelas Maret, Program Magang Genpinas)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here