Seminar bertema “Mendorong Potensi Wisata Melalui Pembiayaan Homestay” di Solo, Jawa Tengah, Selasa, 23 Maret 2021, dengan moderator Direktur Pemberitaan BSMH Primus Dorimulu (kiri) menghadirkan pembicara, antara lain Direktur Akses Pembiayaan, Deputi Bidang Industri dan Investasi Kemparekraf Hanafiah Makarim (kedua kiri) dan Direktur Keuangan dan Operasional PT SMF Trisnadi Yulrisman (kedua kanan), dan Humas Generasi Pesona Indonesia (Genpi Nasional), Prima Wahyudi (kanan). (Foto: Istimewa)

Mendukung pembangunan pariwisata berbasis komunitas di perdesaan, PT Sarana Multigriya Finansial (SMF) menyediakan dana Rp 20 miliar pada 2021 untuk membangun homestay atau griya wisata. Selama 2019 hingga 2020, pembiayaan griya wisata oleh SMF sebesar Rp 8 miliar, tetapi yang terealisasi baru Rp 5 miliar.

“SMF memberikan bunga 3% setahun dengan tenor 10 tahun. Pinjaman yang diberikan sebesar Rp 150 juta per unit,” kata Direktur Keuangan dan Operasional PT SMF Trisnadi Yulrisman dalam hybrid seminar dengan tema “Mendorong Potensi Wisata Melalui Pembiayaan Homestay” di Solo, Jawa Tengah, Selasa (23/3/2021). Selain Trisnadi, pembicara lain pada sesi dengan topik “Strategi Pembiayaan Homestay di Desa Wisata” adalah pemerhati homestay Sigit Pramono, Kadis Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Banyuwangi MY Bramuda, dan CEO Berbangsa Vitria Ariani.

Hingga saat ini, kata Trisnadi, baru delapan desa di empat provinsi yang mendapat pembiayaan homestay dari PT SMF, yakni Provinsi DIY, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan NTB. Tahun ini dan tahun-tahun akan datang, SMF akan terus menambah dana untuk membiayai homestay. Selama 2019 dan 2020, dana pembiayaan SMF dianggarkan, masing-masing, hanya Rp 4 miliar. Namun, yang terserap dalam dua tahun itu hanya Rp 5 miliar.

Pembiayaan homestay akan diarahkan ke semua desa dengan potensi besar menjadi desa wisata, tidak terbatas pada lima destinasi superprioritas. Pemerintah sudah menetapkan lima destinasi superprioritàs agar pariwisata Indonesia tidak hanya tergantung Bali. Kelima destinasi superprioritas itu adalah Borobudur di Jawa Tengah, Likupang di Sulawesi Utara, Toba di Sumatera Utara, Mandalika di NTB, dan Labuan Bajo di Flores, NTT.

SMF adalah perusahaan yang berada di bawah Kementerian Keuangan. Perusahaan ini didirikan untuk ikut mengatasi mismatch pendanaan perumahan, khususnya rumah bagi masyarakat menengah-bawah. Untuk mengakselerasi kemajuan pariwisata berbasis komunitas di perdesaan, SMF ikut membiayai griya wisata.

Selain SMF, pemerintah memberikan bantuan insentif pemerintah (BIP) bagi pelaku bisnis pariwsiata hingga Rp 200 juta per perusahaan. Direktur Akses Pembiayaan, Deputi Bidang Industri dan Investasi Kemparekraf Hanafiah Makarim pada acara yang sama mengatakan BIP adalah dana hibah. Pada 2019, dana BIP sebesar Rp 5 miliar. BIP meningkat lagi menjadi Rp 26 miliar pada 2020, dan pada 2021 dianggarkan Rp 60 miliar. “Penerima BIP adalah badan usaha yang sudah terdaftar, bukan perorangan,” ujar Hanafiah.

Proses Untuk mendapatkan BIP sekitar empat bulan, mulai dari seleksi administratif hingga pemeriksaan lapangan. Penerima BIP bisa juga mereka yang sudah mendapatkan pinjaman dari SMF. Dengan dana gabungan dua jenis pendanaan itu, homestay yang dibangun akan lebih berkualatas.

Sumber : https://www.beritasatu.com/ekonomi/749787/smf-siapkan-rp-20-miliar-untuk-membiayai-homestay

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here