Seekor Monyet di Perayaan Bulan Syawal Sesajen Rewanda Semarang (Foto: Seputar Semarang)

Selayang Pandang

Dengan mayoritas masyarakat yang beragama Islam, bulan Syawal menjadi salah satu hari peringatan yang selalu dinantikan setelah berpuasa selama satu bulan. Tiap daerah di Indonesia memiliki caranya masing-masing untuk merayakan bulan penuh kemenangan ini. Di Semarang, diadakan tradisi Sesajen Rewanda yang menjadi ciri khas daerah Semarang ketika merayakan bulan Syawal.

Tradisi Sesajen Rewanda selalu diadakan secara periodik setiap tahunnya untuk merayakan bulan Syawal, tepatnya setiap tanggal 3 Syawal. Daerah yang selalu melakukan tradisi ini adalah Talun Kacang. Sesajen Rewanda telah dilakukan semenjak zaman dahulu kala, dan diturunkan melalui keturunan masyarakat adat hingga masa sekarang.

Sejarah

Tradisi Sesajen Rewanda dipercaya dibuat untuk memperingati napak tilas yang dilakukan oleh Sunan Kalijaga ketika mencari bahan-bahan untuk membangun Masjid Agung Demak. Di perjalanannya, Sunan Kalijaga dibantu oleh monyet yang menggulingkan potongan kayu ke Sungai Kreo, yang akan dibawa oleh Sunan Kalijaga ke daerah pembangunan Masjid Agung Demak.

Rangkaian

Tradisi ini nantinya akan dilakukan arak-arak melewati empat gunungan, mulai dari Kampung Kandri ke Goa Kreo yang hampir satu kilometer jauhnya. Barisan terdepan akan dipimpin oleh empat orang dilengkapi dengan topeng dan kostum monyet berwarna kuning, merah, hitam, dan putih. Di barisan selanjutnya akan diisi oleh gunungan dan para penari.

Gunungan yang dibawa di Sesajen Rewanda memiliki berbagai macam isi yang saling melengkapi. Isian dari gunungan tersebut bisa berisi sayuran, buah, nasi, ketupat, lontong, dan sejenisnya. Ada juga gunungan yang bernama Sego Kethek, yang berarti nasi monyet. Nantinya Sego Kethek akan diberikan ke monyet di Goa Kreo, yang berisikan lauk pauk beserta tempe dibalut dengan lapisan daun Jati.

Dalam proses pembuatan sesajen dan gunungan, seluruh warga dilibatkan. Biasanya, kaum pria akan ditugaskan pekerjaan mengangkat dan menata barang seperti tempat pelaksanaan upacara dan tempat gunungan. Untuk kaum wanita biasanya akan ditugaskan untuk membuat seluruh keperluan Sesajen Rewanda, seperti gunungan dan kostum yang nantinya akan dipakai.

Pada arak-arak nanti, juga akan dibawa replika batang kayu jati yang melambangkan kayu jati yang dibawa Sunan Kalijaga kala itu. Di Goa Kreo, akan dilakukan upacara pemanjatan doa ke Tuhan YME, dan selanjutnya penari berkostum monyet akan menari diiringi gamelan. Setelah tarian dilakukan, seluruh warga kemudian akan berebut gunungan yang telah dibuat hingga habis.

Penutup

Tradisi ini juga telah menjadi salah satu objek wisata andalan, dimana biasanya di Goa Kreo akan dilakukan tari-tarian seperti tari Gambyong, Semarangan, dan Wanara. Gunungan yang berisi buah nantinya tidak diperebutkan, melainkan diberikan kepada monyet yang ada di Goa Kreo.

Di masa sekarang, tradisi ini telah menjadi ikon kota Semarang dalam bidang kebudayaannya. Pemerintah kota Semarang bahkan mengeluarkan puluhan juta rupiah untuk persiapan tradisi ini sehingga dapat lebih meriah. Hal tersebut juga dilakukan agar dapat menarik wisatawan untuk hadir ke Semarang.

Penulis: Anggean Reynady, Universitas Brawijaya, Peserta Magang GenPInas 2021

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here