foto gambar filosofi sejarah rendang - @rendang.amdas
Rendang, makanan khas Nusantara asli Minangkabau. Kaya rasa, sejarah, dan makna. (Foto: @rendang.amdas)

Sobat GenPI pasti sudah tahu makanan yang sangat khas dari Sumatera Barat ini. Banyak orang yang menyukainya. Bukan hanya di Indonesia, bahkan warga negara lain mengakui betapa enaknya makanan ini.

Rendang adalah masakan asal Minangkabau dengan bahan dasar daging. Menjadi masakan asli Indonesia, proses memasaknya dilakukan dalam suhu rendah dan waktu yang lama. Dengan bumbu beragam rempah dan santan.

Baca juga:
* Golla Kambu, Penganan Tradisional Khas Polewali Mandar

Jenis

Ada 2 jenis rendang yang sudah dikenal. Apa berda keduanya?

Rendang sejati, atau rendang kering, memerlukan waktu memasak sekitar 4 jam. Hingga tersisa potongan daging dan dedak.

Rendang kering bisa awet sekitar 3-4 minggu, jika disimpan dalam suhu ruangan. Bisa lebih dari 1 bulan jika disimpan dalam kulkas.

Kalau dimasak dalam waktu lebih singkat dan santan belum mengering, disebut kalio.

Kalio biasanya bisa awet kurang dari 1 minggu.

Bayangkan saja perpaduan daging sapi dengan santan dan rempah khas. Akan menghasilkan rasa gurih, manis, dan pedas. Membuat penikmatnya merasakan kelezatan yang maksimal.

Baca juga:
* Deretan Rempah Khas Indonesia yang Go International

Bumbu

Bumbu khas yang digunakan antara lain; bawang putih, bawang merah, jahe, lengkuas, cabai merah, daun kunyit, dan daun jeruk.

Dimasak selama 7 jam membuat daging sapi mempunyai tekstur empuk yang enak dinikmati.

Sejarah

Banyak yang meyakini masakan ini sudah ada sejak dulu kala. Sejak masyarakat Minang menyelenggarakan acara adat pertamanya. Kemudiam menyebar ke berbagai daerah, termasuk Jambi, Riau, Mandailing. Bahkan menyebar sampai negeri seberang Semenanjung Malaya.

Dalam kesusastraan Melayu klasik ada menyebut masakan rendang. Seperti dalam Hikayat Amir Hamzah.
Membuktikan bahwa makanan yang lezat ini sudah ada sejak pertengahan abad 16, tepatnya sekitar tahun 1550.

10:4 … Buzurjumhur Hakim pun pergi pula ke kedai orang merendang daging kambing, lalu ia berkata: “Beri apalah daging kambing
10:7 … kambing rendang ini barang segumpal.” Sahut orang merendang itu, “Berilah harganya dahulu.” Maka kata Khoja Buzurjumhur,

— Hikayat Amir Hamzah

Makanan Terenak di Dunia

foto gambar filosofi sejarah rendang - @dapurbania
(Foto: @dapurbania)

Kamu sudah memahami kebiasaan Orang Minang yang suka merantau. Jauh tinggal dan bekerja di berbagai tempat, mereka selalu membawa seni memasak rendang ini.

Bahkan banyak juga yang membuka usaha Rumah Makan Padang, baik di Indonesia dan luar negeri. Sehingga rumah makan Padang turut andil dalam mempopulerkan rendang di mana-mana.

Sangking tenarnya, bahkan berhasil menduduk posisi pertama “World’s 50 Most Delicious Foods” versi CNN International tahun 2011.

Tak tanggung-tanggung, rendang bisa bertahan di peringkat pertama makanan terenak di dunia sampai tahun 2019. Alias selama 8 tahun berturut-turut.

Dalam laporannya, CNN menulis bahwa rendang merupakan “daging sapi yang direbus perlahan dengan santan dan campuran (rempah) serai, lengkuas, bawang putih, kunyit, jahe, dan cabai. Lalu, dibiarkan direbus selama beberapa jam untuk membuat sajian yang empuk dan lezat”.

Rendang pun pernah dimasak langsung oleh koki ternama dunia, siapa lagi kalau bukan Gordon Ramsay.
Dalam program Gordon Ramsay: Uncharted Season 2 Sumatra’s Stunning Highlands di Sumatera Barat.

Ramsay ditantang untuk memasak rendang versinya sendiri. Bahkan diceritakan, ia sampai belajar membuat masakan gurih ini selama seminggu untuk menjawab tantangan tersebut.

Tak tanggung-tanggung, juri yang menilai rendang versi Ramsey ini adalah Gubernur Sumatera Barat, Irwan Prayitno. Ramsay pun mendapat pujian “lamak bana”(enak banget) dari Irwan Prayitno.

Baca juga:
* Pesona Ngarai Sianok di Sumatera Barat

Makna dan Filosofi

Lalu apa makna dan filosofi dari makanan ini?

Masyarakat Minangkabau tidak bisa lepas dari masakan ini. Bahan-bahan yang terdapat dalam masakan itu mewakili seluruh lapisan masyarakat di sana.

Bagi masyarakat Minangkabau, makna filosofi rendang adalah musyawarah dan mufakat. 4 bahan pokok yang digunakan menggambarkan bagaimana masyarakat Minangkabau bisa utuh bersatu.

  • Dagiang (daging sapi) melambangkan niniak mamak (para pemimpin suku adat)
  • Karambia (Kelapa) melambangkan cadiak pandai (kaum intelektual)
  • Lado (cabai) melambangkan alim ilama yang tegas mengajarkan syariat agama
  • Pemasak (bumbu) melambangkan keseluruhan masyarakat

Bagi masyarakat Minangkabau, rendang biasanya dijadikan hidangan utama dalam setiap upaya perayaan adat, kenduri, atau menyambut tamu kehormatan.

Baca juga:
* Binte Biluhuta, Sup Jagung Khas Gorontalo yang Nikmat

Tentu sebagai orang Indonesia, kita patut bangga dengan makanan ini. Baik dalam segi rasa maupun popularitasnya.

Membuktikan bahwa kuliner nusantara bisa bersaing di kancah Internasional.

Sobat GenPI sering makan rendang? Bagaimana menurutmu rasa makanan ini?

(Penulis: Dylan Arrifqi Qadrian, UIN Jakarta, Peserta Magang GenPI)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here