Nama lain dari tradisi ini adalah Barapen yang mempunyai arti bakar batu.

Lalu mengapa bakar batu? Karena tradisi ini berupa ritual memasak bersama-sama warga satu kampung yang bertujuan untuk bersyukur, bersilaturahim (mengumpulkan sanak saudara dan kerabat, menyambut kebahagiaan (kelahiran, perkawinan adat, penobatan kepala suku), atau untuk mengumpulkan prajurit untuk berperang.

Memasaknya pun menggunakan batu yang dibakar hingga panas, kemudian ditumpuk di atas makanan yang akan dimasak.

Tradisi ini pun merupakan tradisi yang penting bagi masyarakat Papua. Suku yang biasa melakukan tradisi ini adalah suku di Lembah Baliem, Paniai, Nabire, Pegunungan Tengah, Pegunungan Bintang, Jayawijaya, Dekai, Yahukimo dll.

(Sumber : Papua Inside)

Tiap daerah dan suku di kawasan Lembah Baliem memiliki istilah sendiri untuk merujuk kata bakar batu. Masyarakat Paniai menamai bakar batu dengan gapii atau mogo, gapii, masyarakat Wamena menamai nya kit oba isago, sedangkan masyarakat Biak menamainya dengan barapen.

Tata Cara

Ritualnya sebagai berikut: (Sumber : Wikipedia)

  1. Batu ditumpuk di atas perapian dan dibakar sampai kayu bakar habis terbakar dan batu menjadi panas (kadang sampai merah membara.
  2. Bersamaan dengan itu, warga yang lain menggali lubang yang cukup dalam
  3. Batu panas tadi dimasukkan ke dasar lubang yg sudah diberi alas daun pisang dan alang-alang
  4. Di atas batu panas itu ditumpuklah daun pisang, dan di atasnya diletakkan daging babi yang sudah diiris-iris
  5. Di atas daging babi ditutup daun pisang, kemudian di atasnya diletakkan batu panas lagi dan ditutup daun
  6. Di atas daun, ditaruh ubi jalar (batatas), singkong (hipere), dan sayuran lainya dan ditutup daun lagi
  7. Di atas daun paling atas ditumpuk lagi batu panas dan terakhir ditutup daun pisang dan alang-alang.

Proses Pesta Bakar Batu Prosesi Pesta Bakar Batu biasanya terdiri dari tiga tahap, yaitu tahap persiapan, bakar babi, dan makan bersama.

Waktu digelar

Tradisi ini sering digelar sebagai bentuk syukur atas pernikahan, penyambutan tamu agung, dan juga sebagai upacara kematian. Juga  bukti perdamaian setelah terjadi perang antar-suku.

Mempererat Persaudaraan

Tradisi Bakar Batu diyakini dapat menguatkan rasa kebersamaan dan mepererat tali persaudaraan. Warga yang terlibat akan merasa lebih dekat dengan proses memasak bersama.

Penulis: Adithia Risma Rara Putri, Universitas Brawijaya, Peserta Magang GenPinas 2021

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here