Sumber Foto: Instagram/budayasaya

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) memperingati satu tahun perjuangan Rumah Sakit Darurat Covid-19 (RSDC) dengan hening cipta dan bermain angklung bersama sebagai bentuk apresiasi atas perjuangan tenaga kesehatan melawan Covid-19 di RSDC Wisma Atlet, Kemayoran, Jakarta, pada Selasa (23/3/2021).

RSDC menjadi sejarah awal Wisma Atlet Kemayoran menjadi lokasi penanganan Covid-19, pada hari itu juga sudah puluhan ribu pasien dirawat dan puluhan ribu relawan menjadi pahlawan bangsa garda terdepan melawan Covid-19.

Dirjen Kebudayaan Kemdikbud, Hilmar Farid sangat mengapresiasi tenaga kesehatan yang telah berjuang. “Saya ingin mengapresiasi dan memberikan penghargaan yang setinggi-tingginya bagi semua tenaga kesehatan yang sudah berada di garis terdepan dalam melawan Covid-19.” ujar dia dalam siaran YouTube Budaya Saya sambil menggunakan Alat Pelindung Diri (APD), Rabu (23/3).

Tangkap Layar Peringatan Perjuangan Satu Tahun RSDC saat Live di Channel Youtube Budaya Saya

Saat sambutannya, dia juga memberikan gambaran kepada pasien tentang perjuangan para tenaga kesehatan melawan Covid-19 ini. “Saya pertama kali menggunakan APD seperti ini. Belum satu jam, saya rasa berat badan saya sudah turun dan berkeringat. Jadi teman-teman bisa membayangkan 8 jam dalam sehari tenaga kesehatan menggunakan APD, meninggalkan keluarga dirumah untuk melayani kita.” Ucapnya.

Selain itu juga, koordinator RSDC Wisma Atlet, Mayjen TNI Tugas Ratmono mengatakan kepada seluruh pasien yang dirawat, ketika berhasil sembuh dan keluar dari RSDC untuk menyuarakan protokol kesehatan kepada masyarakat. “Dan jangan lupa setelah kembali dari tower 4, 5, 6, dan 7, mari kita suarakan kepada mereka semua untuk selalu patuh memakai masker, menjaga jarak, mencuci tangan, dan menghindari kerumunan serta mengurangi mobilitas untuk mencegah penularan Covid -19.” ujar dia dalam siaran YouTube Budaya Saya, Rabu (23/3).

Hilmar Farid mengatakan, 1500 angklung yang digunakan pada acara ini merupakan hasil membeli dari para pengrajin yang sama-sama terdampak Covid-19 dan kini hidupnya mengalami kesusahan. “Sebagai informasi saya, angklung ini kita beli dari pengrajin, sehingga acara ini bukanlah foya-foya, bukanlah menghambur-hamburkan uang.” Ucapnya.

Selain itu juga acara ini diadakan untuk meningkatkan kebersamaan dan persatuan diantara kita.” Angklung yang sore ini dimainkan teman-teman disini adalah tanda kebersamaan, mudah dimainkan dan dibawa bimbingan yang tepat akan meningkatkan persatuan kita.” Ucapnya.

Pada puncak acaranya, Arny Dulishaputri dari Rumah Angklung Indonesia memimpin jalannya permainan angklung. Sebelum dimulai ia merapihkan barisan para relawan tenaga kesehatan dan pasien untuk merentangkan tangan dan menjaga jarak lalu mengajarinya cara memegang dan memainkan angklung.

Setelah itu ia memberitahukan bahwaa disetiap angklung ada nomor yang menandakan nada suara yang berbeda, seperti 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, dan i. lalu ia menyebut angka-angka tersebut dan peserta menggetarkannya ketika nomor dari angklung disebutkan. Sebelum ia memimpin sebuah lagu, ia menggunakan tangannya memberikan simbol untuk nada-nadanya dan peserta harus mengingat satu simbol saja sesuai dengan nada angklung yang di pegang. Lalu mengulangnya hingga tiga kali supaya mengingatnya. Setelah itu barulah membawakan lagu pertama yang berjudul “Heal The World”. Setelah itu langsung dilanjut ke lagu kedua yang berjudul “Terpesona”. Lagu yang terakhir berjudul “Kebyar Kebyar” sekaligus menutup seluruh rangkaian acara Peringatan Satu Tahun Perjuangan RSDC.

Ditulis Oleh :Miftahudin Mulfi, UIN Sunan Gunung Djati Bandung. Kelompok 10 Internship Generasi Pesona Indonesia

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here