Lampung umumnya dikenal dengan Taman Nasional Way Kambas atau dengan keunikan simbol khasnya, yakni Siger. Namun tahukah Sobat GenPi bahwa Lampung memiliki rumah adat yang tak kalah unik ?. Rumah adat khas Lampung ini bukan rumah sembarang rumah, Sobat GenPi.

Seperti yang kita tahu Nusantara memiliki beragam warisan budaya, dimana masing-masing budaya tersebut pasti memiliki keunikan masing-masing. Salah satunya adalah ‘Sesat Balai Agung’ khas Lampung. Tak kenal maka tak sayang, yuk Sobat GenPi kita kenalan dulu apa arti ‘Nuwo Sesat’ sebenarnya.

Rumah adat khas Lampung ‘Nuwo Sesat’ (Sumber : aaurumid.blogspot.com)

Nama Nuwo Sesat

Sobat GenPi, ternyata Nuwo Sesat merupakan nama sebutan untuk rumah adat khas Lampung. Terdiri dari dua suku kata, ‘Nuwo’ berarti rumah dan ‘Sesat’ berarti adat. Secara harfiah, Nuwo Sesat adalah tempat pertemuan adat bagi penyeimbang adat/purwatin untuk bermusyawarah.

Rumah adat Lampung ini dibuat dengan konsep rumah panggung, hampir sama seperti rumah adat khas Sumatra lainnya. Dibuat seperti panggung awalnya supaya sang pemilik rumah terlindung dari hewan buas seperti gajah dan harimau yang berkeliaran. Terdapat tiga jenis Nuwo Sesat, dimana salah satu yang paling terkenal dan memiliki keunikan tersendiri adalah Nuwo Sesat Balai Agung.

Salah satu Nuwo Sesat Balai Agung (Sumber : Indonesiatraveler.id)

Nuwo Sesat Balai Agung

Satu dari tiga jenis Nuwo Sesat Lampung ini merupakan rumah adat dengan ukuran paling besar. Ukuran besar yang dimaksud bukan hanya diantara satu atau dua rumah, melainkan paling besar diantara seluruh Nuwo yang ada di daerah itu. Disinilah terletak salah satu keunikan Nuwo Sesat Balai Agung ini, yakni hanya terdapat satu di setiap daerah.

Nuwo Sesat Balai Agung umumnya tidak digunakan sebagai rumah tinggal. Dengan ukurannya yang tak hanya besar tetapi juga tinggi, Nuwo Sesat Balai Agung merupakan definisi dari Nuwo Sesat itu sendiri yakni digunakan para purwatin untuk bermusyawarah.

Bagian-bagian Nuwo Sesat Balai Agung

Sebagai tempat bermusyawarah atau Pepung Adat, bagian-bagian didalam Nuwo Sesat Balai Agung ini memiliki sebutannya tersendiri. Seperti Ijan Geladak yang berarti tangga masuk dan Pusiban yang berarti ruangan resmi untuk mengadakan Pepung Adat.

Uniknya, sebelum memasuki Sesat Balai Agung ini terdapat tangga yang disebut sebagai lorong agung. Disebut sebagai Jambat Agung, tangga ini memiliki tiga payung dibagian atasnya. Payung-payung ini memiliki warna yang berbeda dengan makna yang berbeda pula.

Ketiga payung tersebut terdiridari payung putih, payung kuning, dan payung merah. Payung putih menandakan tingkatan marga sedangkan payung kuning memandakan tingkat kampung dimana Sesat Balai Agung itu berdiri. Sedangkan payung terakhir, yakni payung merah melambangkan tingkatan sukunya di Lampung.

Sesat Agung Bumi Gayo (Sumber : djkn.kemenkeu.go.id)

Payung-payung ini juga menjadi keunikan tersendiri bagi Sesat Balai Agung. Ketiga warna yang ditunjukkan melambangkan tingkat kepenyeimbangan bagi masyarakat tradisional Lampung, yakni Papadun.

Bagian selanjutnya adalah Anjungan atau Serambi yang terlihat sehabis Jambat Agung. Bagian ini digunakan untuk bermain sambil bersantai atau untuk pertemuan kecil yang tidak resmi.

Rumah adat ini juga memiliki ruang musik yang disebut Ruang Tetabuhan, yakni tempat menyimpan alat-alat musik khas tradisional. Selain itu juga ada Ruang Gajah Merem yang digunakan para penyimbang adat untuk beristirahat.

Lambang dalam Nuwo Sesat Balai Agung

Setelah mengenal bagian dalam Sesat Balai Agung ini tahukah Sobat GenPi lambang apa yang menghiasi rumah adat ini ? Lambang yang dimiliki oleh Nuwo Sesat Balai Agung ini adalah lambang Burung Garuda.

Lambang ini juga digunakan sebagai lambang negara kita, Garuda Pancasila. Pada dahulu kala, Burung Garuda ini sesuai kepercayaannya digunakan oleh Dewa Wisnu sebagai kendaraannya. Setiap Nuwo Sesat Balai Agung pasti memiliki lambang ini yang membedakannya dari nuwo sesat lain.

Melihat Nuwo Sesat Balai Agung

Sobat GenPi, yuk kita melihat sekilas salah satu Nuwo Sesat Balai Agung ini, tepatnya Sesat Agung dan Nuwo Adat Megou Pak Tulang Bawang. Nuwo Sesat satu ini terletak di Menggala, Lampung dan sudah diresmikan oleh Sjachroedin ZP, selaku gubernur Lampung saat itu (28/11/07).

Keren ya Sobat GenPi, terlihat bagaimana luas dan megahnya rumah adat khas Lampung ini. Tapi Sobat GenPi jangan lupa, Nuwo Sesat Balai Agung ini merupakan satu dari tiga jenis Nuwo Sesat yang terdapat di lampung. Yuk sebagai tambahan kita bahas juga dua lainnya.

Nuwo Balak

Rumah adat ini merupakan tempat tinggal para petinggi adat. Nuwo balak khusus dihuni oleh kepala suku dan memiliki struktur rumah tersendiri. Disebut sebagai kebik, terdapat tiga kebik dalam Nuwo Balak.

Pertama adalah Kebik Temen yang disebut penyimbang bumi, yakni tempat tidur anak tertua/pertama. Kemudian Kebik Rangek, yaitu tempat tidur anak kedua dimana kerap disebutkan penyimbang ratu. Terakhir ada Kebik Tengah yang merupakan tempat tidur anak terakhir dan disebut sebagai penyimbang batin.

Nuwo Lunik

Mungkin Sobat GenPi dapat menebak bahwa nuwo terakhir ini dihuni oleh masyarakat. Apalagi setelah kedua rumah sebelumnya tidak untuk ditempati masyarakat biasa. Nuwo Lunik ini memang dikhususkan bagi masyarakat Lampung biasa dimasa lampau.

Nuwo Lunik yang berjejer sebagai kediaman masyarakat (Sumber : aaurumid.blogspot.com)

Dengan ukuran yang cenderung kecil dibanding kedua nuwo sebelumnya, Nuwo Lunik tidak memiliki teras. Tata letak bagian dalam rumah adat ini tergolong sederhana, seadanya, dan sama seperti rumah-rumah lain. Bahkan kamar tidur dan dapur dalam rumah ini menyatu juga dengan ruangan lainnya.

Ketiga Nuwo Sesat khas lampung ini meskipun berbeda memiliki pedoman yang sama. Seperti halnya Pi’il Pesenggiri yang dipegang teguh sebagai pedoman hidup masyarakat, demikianpun pembangunan rumah. Pondasi yang digunakan dalam membuat Nuwo Sesat selalu berbentuk persegi.

Pondasi persegi ini dinamakan Umpak Batu. Keyakinan masyarakat akan pondasi ini adalah aman dan membuat rumah menjadi tahan lama. Juga meskipun kebanyakan Nuwo Sesat mengikuti aliran sungai yang padat, bentuk panggung yang dimilikinya membuatnya jauh dari kebanjiran.

Apakah Sobat GenPi dapat menebak apa jenis Nuwo Sesat diatas? (Sumber : mahamerulambar.com)

Umpak Batu sebagai pondasi selalu terbuat dari 25 tiang penyangga dan 20 tiang induk. Pedoman kayu pada dinding, batu pada pondasi, dan anyaman sebagai atap merupakan kesamaan dalam membangun Nuwo Sesat. Meski kini anyaman sudah diganti dengan material yang modern, yakni genting dengan alasan kualitas dan ketahanan.

Gimana nih Sobat GenPi, setelah membaca artikel mengenai Nuwo Sesat Balai Agung dan kedua Nuwo Sesat lainnya mana yang paling membuat kalian terpesona?

Penulis : Richmond Faithful, Universitas Terbuka, Peserta Magang GenPinas 2021

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here