Boat dari Pelabuhan Biru, Kendari perlahan menyisir lautan menuju ke Pulau Labengki yang merupakan tempat untuk mencari kedamaian di sebelah tenggara Sulawesi. Perjalanan ke pulau ini membutuhkan waktu kira-kira 2-4 jam. Cukup mendebarkan, bukan?

Sobat Genpi, sesekali tengoklah kanan kiri. Jika beruntung, Sobat akan melihat secara langsung kehadiran lumba-lumba yang berlomba-lomba memamerkan pesonanya. Kawanan lumba-lumba itu dengan gesit muncul di permukaan lautan. Sungguh, tidak kalah dengan lumba-lumba Pantai Lovina di Bali!

Oiya Sobat, Pulau Labengki sendiri terletak di Lasolo, Konawe Utara, Sulawesi Tenggara. Pulau yang masuk di kawasan Taman Wisata Alam Lasolo ini menyimpan berbagai kekayaan alam dan budaya yang perlu kita eksplor. Penasaran kan, apa aja sih yang ada di Pulau Labengki? Yuk kita telusuri!

Teluk Cinta
Kok bisa disebut Teluk Cinta sih? Jika dilihat-lihat, teluk ini memang menyerupai hati. Eits, tunggu dulu, tak semudah itu! Untuk menikmati pesona Teluk Cinta, Sobat perlu trekking sekitar 10-15 menit. Tenang saja, semuanya akan terbayar lunas dengan pemandangan alam Indonesia yang berduet dengan semilir angin.

Laguna Poros Kampali
Laguna yang dikelilingi karang tajam hitam keabuan ini airnya berwarna hijau toska. Di sini, Sobat Genpi bisa melakukan free jumping dan snorkeling. Tapi, tetap hati-hati ya!

Menara Mercusuar Labengki
Ketika di sini, jangan lewatkan sunrise dari Menara Mercusuar Labengki. Menara yang tak bisa dimasuki ini dibangun di tempat yang tinggi sehingga cocok untuk melihat indahnya matahari terbit di tanah Labengki.

Pantai Pasir Panjang
Jajaran pohon kelapa menyambut Sobat ketika menjejakkan kaki di pantai ini. Di sini kita bisa bermain air, snorkeling, dan melihat beragam biota laut. Wah, keren sekali, bukan?

Anggrek Liar dan Kima
Sobat Genpi, di Pulau Labengki kita bisa melihat keanekaragaman hayati seperti angrek liar dan spesies kima (kerang) terbesar di dunia, lho! Tak heran jika Pulau Labengki yang merupakan rumah bagi flora dan fauna endemik ini dijadikan tenpat penelitian dan konservasi.

Meneladani Suku Bajo
Masyarakat Suku Bajo yang memiliki kedekatan dengan laut ini mengajarkan kepada kita bagaimana cara menjaga kelestarian alam. Secara turun temurun, Suku Bajo menaati pantangan membuang
air cucian teripang, arang kayu, puntung dan abu rokok, air cabe, jahe, air perasan jeruk, dan juga larangan mencuci alat memasak di laut. Selain itu, ada larangan membunuh penyu dan larangan mendekati gugusan terumbu karang.

Sobat Genpi, nggak sabar kan buat berkunjung ke surga tersembunyi di Sulawesi Tenggara? Kalau datang Pulang Labengki, jangan lupa menjaga kelestarian lingkungan juga, ya!

(Ditulis oleh Lena Sutanti, Antropologi Sosial, Universitas Diponegoro, Program Internship Genpinas tahun 2020)

Sumber:
https: // www.celebes. co/pulau-labengki

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here