Selain terkenal akan keindahan alam dan kekayaan rempah-rempahnya, Halmahera memiliki kuliner yang wajib Sobat cicipi, yaitu Sabeta. Sabeta merupakan ulat yang banyak ditemukan di pohon sagu.

Sobat Genpi, untuk mendapatkan Sabeta, ternyata tidak terlalu sulit, karena pohon sagu banyak tumbuh di sepanjang Halmahera. Batang sagu yang yang telah didiamkan itu dibelah, kemudian dicari ulat sagunya. Di Halmahera sendiri, Sabeta biasa dimakan secara langsung, dimasak dengan bumbu santan, dipepes, disate, maupun dibuat dirica-rica. Sabeta besarnya kira-kira seperti jempol orang dewasa. Konon, ulat sagu ini mengandung protein serta asam amino yang tinggi, lho!
Pasti Sobat Genpi penasaran kan?

Selama ini kita sering mendengar ulat sagu, namun mungkin belum pernah melihat secara langsung, memegang, dan mencicipinya, kan? Sobat, kita dapat mengolah ulat sagu yang masih hidup dan belum terlalu lama. Sebab, jika sudah terlalu lama tinggal di pohon sagu, ia akan berubah menjadi kumbang berwarna hitam. Rhynchophorus ferrugineus atau red palm weevil adalah kumbang yang hidup di daerah tropis. Kumbang ini menjadi hama di tanaman palem.

Masyarakat Halmahera menyukai cita rasa asin dan asam. Oleh karena itu, sebelum dimasak, Sabeta yang telah dibaringkan di atas daun bambu diberi perasan jeruk cui dan garam. Oiya, saat memeras jeruk cui, bijinya jangan sampai tercampur ke dalam Sabeta, agar tidak tercampur rasa pahit. Bumbu-bumbu yang digunakan untuk memasak Sabeta cukup sederhana, yaitu cabai, bawang putih, bawang merah yang diiris tipis, kunyit, dan daun salam.
Setelah dicampurkan, mereka dimasukkan ke dalam liang bambu untuk dibakar menggunakan sabut kelapa.

Hanya perlu menunggu 30 menit, harum Sabeta tercium dan air mengucur dari dalam bambu, pertanda ia telah masak. Sabeta dihidangkan di dalam piring untuk dinikmati bersama dabu-dabu, colo-colo, pisang bakar, jagung, ubi, cap tikus, maupun saguer.

Saat dimakan, Sabeta ini terasa kenyal, gurih, dan renyah. Tapi, bagi Sobat yang memiliki sejarah alergi, sebaiknya jangan memakan Sabeta terlalu banyak, apalagi bagian kepalanya.

Sobat Genpi, ketika ada acara pernikahan, masyarakat Halmahera biasanya memasak Sabeta bersama-sama. Tradisi dan resep mengolah Sabeta merupakan warisan antargenerasi. Wah, menarik sekali, kan? Menjejakkan kaki di Halmahera belum sah sepertinya kalau belum mencoba Sabeta. Sekali makan, bisa-bisa Sobat ketagihan!

(Ditulis oleh Lena Sutanti, Antropologi Sosial, Universitas Diponegoro, Program Internship Genpinas tahun 2020)

Sumber:

https://m.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20180505211402-262-295994/pepes-ulat-sabeta-kuliner-khas-dari-jailolo

https://pei-pusat.org/berita/35/mengenal-masakan-sabeta-khas-jailolo-kuliner-berbahan-ulat-sagu.html

https://www.google.com/amp/s/lifestyle.okezone.com/amp/2018/05/05/298/1894907/lezatnya-cicip-ulat-sagu-bakar-bambu-segurih-udang-berani-coba

https ://m. detik. com/travel/destination/d-2252467/makan-ulat-sagu-dan-sambal-colo-colo-ala-jailolo-wajib-coba

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here