Sunday, January 26, 2025

Mengulik Kerajinan Anyaman Daun Lontar Dari NTT

Sumber Foto: wartaekonomi.co.id

Sobat Genpi sudah tahu bukan, kalau Nusa Tenggara Timur terkenal dengan tenun ikatnya? Banyak motif dan warna yang bisa dijadikan pilihan. Namun apakah Sobat Genpi tahu, di Flores salah satu daerah di NTT, ternyata juga terkenal dengan kerajinan anyaman daun lontarnya?

Pohon lontar memang terkenal mudah ditemukan di wilayah Nusa Tenggara Timur. Lontar yang merupakan jenis palma ini memiliki bentuk seperti pohon kurma. Yang membedakan, pohon lontar memiliki daun berbentuk seperti kipas. Lontar atau mungkin di daerah Sobat Genpi terkenal dengan nama siwalan, tumbuh di daerah-daerah kering seperti Jawa bagian Timur, Nusa Tenggara, Madura, dan Bali.

Daun lontar sendiri sudah digunakan pada zaman kerajaan dahulu untuk menuliskan dokumen atau pesan. Bahkan buah dari pohon ini menjadi salah satu oleh-oleh khas dari Kota Rembang. Jika Sobat Genpi tahu alat musik sasando, itu juga berasal dari daun lontar.

Karena banyaknya pohon lontar di daerah NTT, masyarakat NTT memanfaatkannya dengan menjadikan daun lontar menjadi bahan anyaman yang nantinya menjadi barang dengan nilai jual lebih. Contohnya saja menjadi tas, sandal, keranjang belanja, dompet, topi, dan masih banyak lagi. Saking terkenalnya anyaman lontar ini, dalam perhelatan Asian Games 2018 yang diselenggarakan di Indonesia, menjadi official merchandise dengan pesanan mencapai 16.300 unit dalam waktu dua minggu.

Keterampilan menganyam yang telah diturunkan dari generasi ke generasi menjadikan wanita di NTT memanfaatkan lontar sebagai ladang penghasil uang.  Salah satu wilayah penghasil anyaman lontar di NTT adalah Desa Duntana yang berada di Larantuka, Flores. Dengan menggunakan pucuk daun lontar yang masih berusia tiga bulan, para pengrajin mulai memperlihatkan keterampilannya. Daun lontar berumur 3 bulan dipilih karena warnanya kuning muda dan permukaannya halus tetapi kuat.

Awalnya daun lontar diambil dengan memilih daun yang berada di bagian paling atas pohon karena teksturnya yang belum keras dan warnanya belum menghijau/ masih kuning (sama seperti janur kelapa). Kemudian pisahkan batang daun dengan daunnya, pemisahan ini tergantung berapa lebar daun yang diinginkan. Setelah dipisahkan dari batang daun, kemudian direbus dengan air mendidih. Hal tersebut dilakukan sebagai pengawetan agar nantinya daun yang akan dianyam tidak mudah rapuh. Barulah daun diwarnai dan kemudian dijemur. Setelah dijemur, daun siap dianyam.

Du’Anyam

Sama seperti Tais Indonesia, Du’Anyam hadir dalam model bisnis yang mengutamakan aspek sosial. Dengan fokusnya pada 3 pilar yaitu memberdayakan wanita, meningkatkan mata pencaharian dan mempromosikan budaya, Du’Anyam berkomitmen untuk menumbuhkan dan mendobrak industri kerajinan di Indonesia.

Du’Anyam berasal dari kata Du’ yang artinya ibu dalam bahasa Flores. Jika diartikan secara keseluruhan, berarti ibu yang menganyam. Awalnya bisnis ini dibuat karena melihat permasalahan NTT pada bidang kesehatan dan ekonomi yang masih rendah. Tingkat kematian pun termasuk tinggi di Indonesia. Oleh sebab itu, Du’Anyam hadir menggandeng serta wanita (mama) di daerah NTT untuk membuat kerajinan anyaman daun lontar sebagai pendapatan tambahan bagi keluarga mereka. Dengan mengajak banyak pengrajin anyaman lontar, Du’Anyam mampu meningkatkan ekonomi wanita di NTT. Untuk program sosial, Du’Anyam sendiri menjalankan program peningkatan gizi bagi para penganyam

Hadir sejak tahun 2014, Du’Anyam juga menggandeng pengrajin dari Kalimantan Selatan dan Papua. Sekarang mereka memiliki kurang lebih 1100 penganyam wanita di ± 50 desa di 3 daerah tersebut. Meskipun baru berdirii setidaknya 6 tahun, founder Du’Anyam berhasil masuk ke dalam deretan Forbes 30 Under 30 Asia 2020.

Jika Sobat Genpi penasaran dan ingin membeli produk anyaman ini, kalian bisa menemukannya di webstore mereka, duanyam.com. Ada banyak jenis produk anyaman dengan range harga yang bervariasi. Dengan membeli produknya, Sobat Genpi juga ikut berkontribusi membantu ekonomi wanita di NTT dan dua daerah lainnya.

(Sumber Artikel: greeners.co; kompas.com; duanyam.com)

Oleh Diah Ramadhanti Safitri, Prodi Administrasi Bisnis, Universitas Diponegoro pada Program Internship Genpinas 2020.

Related Articles

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

- Advertisement -

Latest Articles