
Pesona Kota Yogyakarta rasanya tak pernah habis. Tugu Jogja sebagai landmark Yogyakarta memberi makna sendiri di tempatnya berada.
Sampai menjadi Tugu Paal Putih yang kita kenal saat ini, bentuk Tugu Jogja pernah berubah dan bentuk bangunannya menyimpan filosofi tertentu.
Tugu Paal Putih berdiri gagah di persimpangan Jalan A.M. Sangaji, Jalan Sudirman, Jalan Diponegoro dan Jalan Mangkubumi. Letaknya dari dulu sudah di situ dan tidak pernah berubah.
Baca juga:
* Wisata Sejarah di Makam Raja Mataram Yogyakarta
Tugu Jogja ini dibangun setelah satu tahun Kerajaan Ngayogyakarta Hadiningrat berdiri oleh mandat dari Sultan Hamengkubuwono I. Titik dimana Tugu dibangun tidak dipilih sembarangan oleh Sri Sultan.
Beliau menarik garis lurus yang dinamai garis imajiner. Garis ini menghubungkan Gunung Merapi, Tugu Jogja, Keraton Jogja, Panggung Krapyak dan Laut Selatan dalam 1 garis lurus.

Pembangunan tugu selesai di tahun 1756 dan diberi nama Tugu Golong Gilig. Golong berarti ‘bak bola pejal’ dan gilig berarti silinder.
Bentuk asli dari Tugu Golong Gilig sejatinya puncaknya ono penthole (bentuk bulat), memiliki tiang silindris dan minim hiasan. Tugu setinggi 25 meter itu sudah dicat putih dari dulu.
Bentuk Tugu Golong Gilig mempunyai makna persatuan dan kesatuan Keraton Jogja dengan rakyatnya. Serta simbol folosofis Jawa Manunggaling Kawula lan Gusti. Yang berarti persatuan manusia dengan Tuhannya.
Tugu beserta filosofisnya ini bagaikan doa yang diamini masyarakat Jogja dan pemersatu rakyat dengan pemimpinnya. Oleh karena itu, tugu adalah simbol penting di Yogyakarta.
Tahun 1867, Yogyakarta dilanda gempa sehingga menyebabkan Tugu Golong Gilig runtuh jadi tiga bagian. Setelah kejadian itu selama 22 tahun lamanya tidak dilakukan renovasi.
Baru di tahun 1889 Tugu Golong Gilig dibangun kembali menggunakan desain dari Belanda di bawah pengawasan Patih Dalem Kanjeng Raden Adipati Danurejo V.
Pada pembangunan kedua ini, Tugu Jogja didesain berbeda dari bentuk aslinya dan menjadi Tugu Jogja yang kini kita kenal sebagai Pal Putih.
Belanda mendesain ulang Tugu Jogja menjadi hanya setinggi 15 meter. Memiliki puncak yang runcing, tiang persegi dengan prasasti di setiap sisinya. Serta memiliki hiasan seperti teratai dan keris.
Perubahan bentuk ini diikuti oleh perubahan makna pada Tugu. Usut punya usut, Belanda memiliki maksud menghilangkan simbol kebersamaan Keraton Jogja dengan rakyatnya yang ada pada design tugu sebelumnya.
Tapi usaha itu tidak mempan menjauhkan rakyat Jogja dengan pemimpinnya. Tugu Paal Putih kemudian diresmikan oleh Sri Sultan HB VII pada 3 Oktober 1889.

Jika Anda mengamati prasasti di setiap sisi Tugu Jogja, di sana terekam informasi sesaat tugu dibangun kedua kalinya.
Di sisi Barat tugu, prasasti bertuliskan pembangunan tugu di bawah pemerintahan Sri Sultan VII. Sisi Timur tertulis sambutan baik pembangunan tugu dari Y. Mullemester, Residen Yogyakarta.
Sedangkan di sisi selatan tertulis Wiwara Harja Manggala Praja dengan tulisan jawa (Aksara Jawa). Memiliki arti menujung gerbang kemakmuran dimulai dari pemimpinnya. Terakhir di sisi utara tertoreh informasi siapa pelaksana pembangunan Tugu Paal Putih.
Mulai tahun 2015 pemerintah telah membangun minatur Tugu Golong Gilig di Tenggara Tugu Jogja berdiri. Miniatur ini dapat menjadi sarana bagi masyarakat untuk mendapat informasi dan memahami sejarah Tugu Yogyakarta.
Baca juga:
* Nikmatnya Ngopi di Warung Kopi Merapi Jogja
Kamu sudah pernah melihat dari dekat dan foto-foto di Tugu Paal Putih?
Ditulis oleh Andrea Aurelia dari Universitas Atma Jaya Yogyakarta pada program magang Gennpinas 2020.