kue Kembang Waru - Kotagedhe Yogyakarta
Salah satu pembuat Kue Kembang Waru di Kotagedhe Yogyakarta (Foto: catatannobi.com)

Siapa yang suka ngemil jajanan tradisional? Mungkin kalau Sobat Genpi sudah sering mencicipi jajanan tradisional yang itu – itu saja dan ingin tahu jajanan asli Nusantara lainnya, yuk berpetualang ke Yogyakarta, tepatnya di Pasar Kotagedhe. Di sini, kamu bakal disuguhkan aneka jajanan khas Kotagede, salah satunya adalah kue kembang waru yang keberadaannya mulai langka.

Kue kembang waru merupakan panganan khas Kotagede, Yogyakarta yang rasanya manis dan teksturnya mirip dengan bolu kering. Serta memiliki bentuk bunga berkelopak delapan.

Baca juga:
* 5 Spot Foto Instagramable Pilihan di Kotagedhe

Tahukah kamu? Kembang waru bukan sembarang jajanan. Ada filosofi yang terkandung di dalamnya. Bentuk kembang waru yang berjumlah delapan kelopak bunga menandakan, bahwa ibarat nasihat para pendahulu, delapan jalan utama atau Hasto Broto. Yaitu 8 jalan utama yang terdiri dari bulan, bintang, mega (awan), tirta (air), kismo (tanah), samudra, dan maruto (angin).

Menurut berbagai catatan sejarah yang ada, kembang waru sudah ada sejak era pemerintahan Kerajaan Mataram. Kala itu, kembang waru merupakan panganan mewah karena berbahan dasar tepung terigu dan telur ayam.

Penyajiannya pun hanya diperuntukkan sebagai persembahan bagi Raja Mataram, atau dapat ditemui saat perayaan khusus. Tetapi seiring berkembangnya zaman, kini kue kembang waru bisa dinikmati semua orang dengan penyesuaian bahan utama pembuatan kembang waru yang terdiri terdiri dari telur ayam, tepung terigu, gula pasir, soda vanili, dan susu.

Tetapi Sobat Genpi, belakangan ini panganan kembang waru kian langka karena kurangnya minat generasi muda untuk meneruskan warisan leluhur ini. Dahulu, beberapa kampung di sekitar Kotagede dikenal sebagai pusat pembuatan kembang waru yang terkenal hingga penjuru luar Yogyakarta. Namun kini pembuat kembang waru hanya tersisa di beberapa kampung seperti Kampung Bumen, dan Kampung Basen, Kotagede, Yogyakarta. 

Sosok pembuat kue kembang waru yang masih aktif memproduksi jajanan tradisional ini adalah Sadiman. Sejak 30 tahun silam, ia pernah memimpin 11 pembuat kembang waru. Sayangnya, kini hanya tersisa dua orang saja anggotanya.

Selain itu, Basis Hargito juga dikenal sebagai pembuat kue kembang waru yang masih aktif membuat kue ini sejak 1983 silam. Keduanya masih mempertahankan proses pembuatan dan pemanggangan kue secara tradisional.

Setelah mengetahui filosofi, sejarah, maupun keberadaan jajanan ini yang mulai langka, pasti kamu penasaran bagaimana proses pembuatan kembang waru yang terkenal unik?

Jadi, setelah seluruh bahan dicampur, adonan dituang dalam cetakan khusus berbentuk bunga berkelopak delapan yang sebelumnya sudah dioles mentega. Kemudian, adonan dipanggang di atas nampan berbahan kuningan yang diletakkan di atas arang.

Butuh waktu sekitar satu jam untuk memanggang kembang waru hingga berwarna kuning keemasan dengan aromanya yang wangi, serta memiliki cita rasa yang empuk dan manis.

Saat ini, keberadaan kue kembang waru mulai dikenalkan lagi oleh beberapa pegiat kuliner. Juga oleh berbagai kalangan yang bersedia mengenalkan kue tradisional ini kepada generasi muda. Demikian itu sebagai langkah menyelamatkan eksistensi kue tersebut.

Seperti pada gelaran acara pada 2016 lalu yang bertemakan: Kembang Waru Bersemi di Kotagede. Acara ini digagas oleh Paguyuban Dimas Diajeng DIY dan dihadiri oleh perwakilan dari Asosiasi Pengusaha Jasaboga Indonesia (APJI), Indonesia Chef Association (ICA), dan pegiat kembang waru. 

Melalui acara tersebut dapat dihasilkan kesimpulan yakni, inovasi adalah kunci. Seperti unsur ukuran, bahan, maupun warna dalam pembuatan kue. Dapat dimodifikasi tanpa mengubah pakem dan nilai filosofis yang ada pada kue kembang waru.

“Tepung terigu bisa diganti tepung lokal. Untuk warna bisa digunakan pewarna dari buah lokal seperti buah talok merah yang banyak di sekitar Kotagede,” ungkap Chef Rudi Haryanto selaku perwakilan ICA dilansir dari Beritagar.id Rabu (16/11/2016).

Bagaimana Sobat Genpi? Sungguh beraneka ragam warisan kuliner nusantara yang ada di Indonesia.

Baca juga:
* HS SILVER, Industri Perak Turun Temurun Sejak 1950an di Kotagede

Jika kamu sedang berada di Kotagede, jangan lupa mencicipi dan mengintip proses pembuatan kue kembang waru yang masih sangat tradisional. 

Sumber: beritagar

Ditulis oleh Lukman Hakim, Prodi Ilmu Komunikasi, Universitas Ahmad Dahlan, Program Internship Genpinas tahun 2020.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here