
Sumber foto : twitter @ravacanafilms
Film Pendek Indonesia berjudul “Tilik” yang di produksi oleh Ravacana Films, sebuah Production House asal Yogyakarta yang dalam produksinya bekerjasama dengan Dinas Kebudayaan DIY pada 2018 lalu, kini tengah menjadi perhatian dan sorotan di masyarakat.
Proses syuting “Tilik” ini memakan waktu 4 hari, satu hari syuting di desa dan tiga hari syuting diatas truk. Film produksi Ravanca Films telah menyita perhatian publik sejak dirilis melalui saluran YouTube pada (17/08) lalu dan telah ditonton lebih dari 7 juta kali di hari keenam peluncurannya, setelah sebelumnya “Tilik” hanya diputar di berbagai festival-festival dan pemutaran-pemutaran alternatif serta tayang di TVRI pada kamis, (4/06) lalu.
Ide untuk membuat film Tilik ini bermula dari sang penulis, Bagus Sumartono yaitu ketika ia melihat fenomena tilik ini di sebuah rumah sakit di Kota Yogyakarta, ia melihat ada sebuah truk yang masuk kedalam rumah sakit di tengah kota dan dari situ munculah ide tersebut di kepalanya.
Sutradara Film Tilik, Wahyu Agung Prasetyo menjelaskan bahwa latar belakang di angkatnya film ini adalah dari fenomena budaya tilik itu sendiri yang ia sendiri tidak pernah alami dan melihatnya secara langsung. Wahyu mengetahui informasi mengenai budaya tilik itu dari Bagus, Penulis “Tilik” yang membuatnya tertarik untuk melakukan observasi. Akhirnya pun ia tertarik ketika melihat fenomena itu secara langsung dan merasa hal tersebut harus di filmkan.
Film Pendek Tilik ini sendiri mengisahkan tentang ibu-ibu dari suatu desa di Daerah Istimewa Yogyakarta, dimana di dalam satu kesempatan mereka melakukan perjalanan naik truk dalam rangka untuk menjenguk (atau disebut tilik dalam bahasa jawa) Bu Lurah di rumah sakit di Kota. Jarak rumah sakit yang cukup jauh dari desa dan informasi yang dadakan membuat ibu-ibu tersebut ramai-ramai naik truk agar segera sampai ke rumah sakit yang berada di tengah kota.
Di dalam perjalanan itu, Bu Tejo, salah satu tokoh sentral yang diperankan oleh Siti fauziah ini mulai membicarakan Dian yang merupakan wanita cantik atau kembang desa yang sedang menjadi pusat pembicaraan di desa. Perjalanan “tilik” menjadi penuh gosip dan petualangan bagi ibu-ibu yang naik truk tersebut. Dimana Bu Tejo yang bersih keras mengatakan Dian adalah bukan wanita baik baik sementara itu Bu Yu ning, salah satu tokoh sentral lainnya yang di perankan oleh Brilliana Desy Alfira ini yang selalu mecoba berpikiran positif untuk membela Dian karena Dian sendiri adalah keponakannya. Oleh karena itu, Bu Yu ning tersulut emosi melihat sikap Bu Tejo yang selalu menjelek-jelekkan keponakannya itu.
Karakter Bu Tejo yang terkesan menjengkelkan dan pandai memanas-manasi pembicaraan, ditambah gestur tubuhnya yang membuatnya semakin menyebalkan tersebut menjadi perhatian masyarakat. Siti Fauziah yang memerankan karakter Bu Tejo dalam film ini menjelaskan bahwa karakter Bu Tejo ini adalah karakter ‘tipis-tipis’. Maksudnya adalah bukan karakter tokoh antagonis yang sombong, tetapi sama seperti warga desa lainnya yang memulai karir dari bawah.
Produser Film Tilik, Elena Rosmeisara mengatakan bahwa budaya tilik itu tentang bagaimana mengajak sosialnya untuk saling peduli dan untuk saling berbagi kepada sesama akan tetapi dengan cara yang unik seperti yang ditampilkan ibu-ibu di film ini, dimana mereka sekampung naik truk untuk melihat dan menjenguk satu orang yang sedang sakit.
Sementara itu, Sutradara Film Tilik, Wahyu menjelaskan benang merah dari film ini adalah membahas dua informasi yang sekarang ini banyak sekali tersebar isu hoaks dimana-mana dan era digital yang sudah mulai masuk ke dalam masyarakat-masyarakat di desa. Wahyu mengungkapkan bahwa hal tersebut yang menjadi rentan dan menjadi penting mengapa film Tilik ini harus di produksi sekarang.
Film ini sendiri telah menoreh beberapa penghargaan yang membanggakan diantaranya yaitu Pemenang Piala Maya 2018 untuk kategori Film Pendek Terpilih , Official Selection Jogja-Netpac Asian Film Festival 2018 dan Official Selection World Cinema Amsterdam 2019.
Film Tilik dikemas dengan sederhana dengan menunjukkan bagaimana kehidupan sehari-hari, juga humor yang disajikan dan pesan-pesan moral yang menggambarkan ataupun relate dengan kehidupan sekarang. Tidak lupa dengan akting alami dari semua pemeran harus mendapat acungan jempol beserta para kru yang terlibat dan telah bekerja keras dalam produksinya.
Apakah kalian sudah menonton film pendek “Tilik” ini? Mari kita terus mendukung film karya-karya anak bangsa sendiri dengan menonton karya yang telah mereka buat.
Ditulis oleh : Annisa Van Rizky, Mahasiswi Universitas Sumatera Utara (USU) Jurusan Ilmu Komunikasi, Program Internship Generasi Pesona Indonesia, Kelompok 11 (Ekonomi Kreatif)