Sumber: youtube official Kemenparekraf

Adanya pandemi global yang menghantam sektor pariwisata dan ekonomi kreatif, memiliki arti tersendiri bagi bumi. Indonesia merupakan negara dengan kekayaan alam yang melimpah, adanya pandemi memberikan alam kita waktu sejenak untuk istirahat dari penatnya aktivitas. Saat seperti ini, bisa kita jadikan titik awal untuk menyegarkan alam kita sehingga ketika nanti pandemi telah usai, alam kita siap untuk menyambut mereka yang datang untuk berkunjung. Dengan ini, Kemenparekraf (Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif) menyelenggarakan bincang-bincang revitalisasi bumi pada Jumat (18/09) sore, pukul 15.30-17.00 WIB atau 16.30-18.00 WITA melalui siaran langsung di kanal youtube Kemenparekraf.

“Acara revitalisasi bumi hanya kami lakukan di dua tempat, yaitu Bali dan Lombok. Sebenarnya revitalisasi bumi ini merevitalisasi destinasi wisata. Bagaimana kita ketahui, dengan adanya COVID-19, wisatawan sedang tidak hadir. Saatnya kita beres-beres rumah kita. Bagaimana kita kemudian, mengangkat citra Indonesia ke Internasional, bahwa kita sedang melakukan beres-beres  dan kemudian siap untuk menerima tamu lagi dari luar negeri,” tutur Rizki Handayani selaku Deputi Bidang Produk Wisata dan Penyelenggaraan Kegiatan Kemenparekraf.

Travel & Tourism Competitiveness Index (TTCI) Indonesia mengenai kebersihan yang masih berada di peringkat bawah, membuat adanya pandemi bisa kita gunakan untuk merapihkan alam. Kebiasaan untuk menjaga kebersihan saat pandemi, selain untuk mencegah penularan, diharapkan bisa tetap tinggal ketika pandemi selesai. Dengan demikian, bersama kita membiasakan CHSE (Cleanness, Healthy, Secure, Environmental Sustainablity). Di webinar ini narasumber berbagi mengenai upaya mereka merevitalisasi daerah mereka di masa pandemi ini.

Tim Ahli Gubernur Bali Bidang Pariwisata, Cipto Aji Gunawan berbagi, “seperti kita tahu, pariwisata Indonesia natural resources nya sangat luar bias ini terbukti di TTCI, kita dapat rangking cukup baik yaitu ranking 17. Tetapi ada penilaian lain, di luar pilar tersebut mengenai environment sustainability yang juga dinilai di dalam TTCI tersebut, dan ranking kita di situ cukup rendah yaitu 135. Beberapa isu-isu lingkungan di sini salah satu yang kami alami di Bali itu adalah isu sampah.” Pemerintah Bali yang sadar akan isu ini, di tahun 2018 Gubernur Bali sudah menerapkan 2 pergub mengenai sampah, yaitu mengenai pelarangan sampah plastik sekali pakai dan juga pengaturan sampah mulai dari sumbernya. Di dalam proses tersebut, pemerintah Bali menjumpai bahwa penggunaan sampah plastik sekali pakai menurun cukup drastis meskipun belum sampai satu tahap di mana bisa mengeleminasi secara keseluruhan isu sampah ini.

Lalu Moh. Faozal, selaku Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Nusa Tenggara Barat juga berbagi mengenai bagaimana usaha pemprov NTB merivitalisasi alamnya. “Pertama secara destinasi, lingkup destinasi kita mencoba untuk standarisasi pada empat area destinasi. Kenapa kita bermain di area? Karena tidak mungkin kita men-CHSE semuanya, oleh karena itu seizin gubernur kami bersepakat empat area menjadi destinasi yang bersiap kita standarisasi dengan CHSE, yaitu Tiga Gili, Rinjani, Mandalika, dan Kota Mataram. Artinya di empat area ini, kita fokus semua yang ada di area ini bersiap untuk kita sertifikasi CHSE. Kita ingin di masa restart seperti ini, kita sedang tidak menerima kunjungan maka kita bersiap,” Jelasnya.

Kekayaan alam NTB yang terkenal sebagai surga dunia menurut wisatawan lokal dan asing, membuat pemerintah provinsi sadar betul dengan kenikmatan alam yang diberikan. Sehingga pemerintah sadar, bila tidak dirawat warisan ini akan menjadi musibah. Maka dari itu, sejak 2018 NTB memiliki program unggulan yaitu NTB bersih dan NTB hijau, dan memiliki target di 2023 untuk zero waste.
“Sejak 2018 serius untuk ini, dan memang targetnya di 2023, 70% penanganan, dan 30% pengurangan. Nah apa yang kami lakukan, program ini kami dorong berbasis desa. Jadi bank sampah kami dorong ada di seluruh desa di NTB,” tutur Sitti Rohmi Djalilah selaku Wakil Gubernur NTB. “Jadi sampah ini kalau kita di NTB itu campaign nya begini, sampah ini sebenarnya bukan penyebab musibah tapi membawa berkah kalau kita bisa mengelolanya dari awal. Maka pemilahan sampah, pengelolaan sampah, itu menjadi edukasi teruse-menerus yang kita lakukan di NTB”, lanjutnya.

Di NTB saat ini sedang melakukan progressnya, dan diperkirakan tahun 2021 akan ada publik RDF (refuse-derived fuel), di mana di situ tersedia pengolahan sampah menjadi pelet untuk publik. Pelet itu adalah bahan bakar yang digunakan di PLTU , dan saat ini pemprov NTB sudah berkontrak dengan PLTU Jeranjang. Sehingga 3% dari bahan bakar PLTU bisa berasal dari hasil pengelahan sampah. Hal ini terus-menerus didorong supaya PLTU-PLTU yang ada di NTB semuanya bisa menerima pelet yang berasal dari pengolahan sampah.

Upaya-upaya yang dilakukan dari pemerintah provinsi dalam melakukan revitalisasi, tentunya butuh dukungan dari pelaku pariwisata lainnya, dan masyarakat. Isu-isu kebersihan, terutama sampah, bukan masalah baru untuk kita, dan sudah semestinya kita malu dengan adanya masalah berkelanjutan ini. Yuk sobat parekraf, bukan hanya yang di Bali dan Lombok, kita semua berkewajiban menjaga alam Indonesia agar tetap hijau dan subur. Mulai biasakan memilah sampah sesuai jenisnya, supaya bisa didaur ulang dan tetap bermanfaat.

Ditulis oleh Yulia Vaira, Ilmu Komunikasi, Universitas Al-Azhar Indonesia. Program Internship Genpinas 2020.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here