
Jakarta dan sibuk nya aktifitas warga Ibukota memang sudah menjadi makanan sehari hari, bukan hal yang aneh apabila melihat kota Jakarta yang sudah sangat padat dari fajar hingga terbenam nya matahari bahkan hingga larut malam sekali pun. Kesibukan warga Ibukota memang menjadi rutinitas yang tak ada hentinya, namun dibalik kesibukan dan kebisingan kota Jakarta ternyata masih terdapat kedamaian didalam nya Yaitu di kelenteng Jin De Yuan ( Kim Tek Le atau Wihara Dharma Bhakti).
Kelenteng merupakan tempat beribadah masyarakat penganut kepercayaan tradisional tionghoa di Indonesia, di Jakarta sendiri terdapat beberapa Klenteng yang sangat terkenal. Salah satu diantaranya adalah Klenteng Jin De Yuan (Kim Tek Le) yang berada di Kawasan Pecina – Glodok, Jakarta Barat.

Kelenteng Jin De Yuan (Kim Tek Le) dibangun pada tahun 1960 oleh  Letnan Tionghoa bernama Kwee Hoen dan dinamakan Koan lm Teng. Kelenteng ini merupakan Kelenteng tertua yang berada di Jakarta, nama Kim Tek Le sendiri memiliki arti yaitu kelenteng kebijakan emas yang bermakna sebagai pengingat agar manusia tidak tidak hanya mementingkan kehidupan materi tapi juga mementingkan hubungan sesama manusia.
Di kelenteng ini terdapat artefak peninggalan sejarah yang sangat berharga, seluruh bangunan kelenteng Jin De Yuan didominasi oleh warna merah dan emas di semua sisinya serta terdapat juga sepasang singa atau Bao Gu Shi yang dianggap sebagi penunggu kelenteng berasal dari Provinsi Kwangtung, Tiongkok Selatan. Di pintu umata dari kelenteng ini terdapat arca Giok Hong Siong atau Dewa Pertama Alam Langit sebagai penyambut bagi masyarakat yang ingin beribadah.

Yang menarik dari kelenteng ini adalah kelentek Jin De Yuan merupakan kelenteng multicultural yang dimana di kelenteng ini tidak hanya menjadi tempat beribadah satu keyakinan saja tapi juga aliran agama seperti Tao, Buddha, dan Konghucu dapat melakukan ibadah di kelenteng ini.
Ditulis oleh  Salsabill Fajriani Salim, Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadyah Uhamka.