Sobat Genpi pecinta kopi? Kopi apa nih yang pernah Sobat Genpi coba? Americano, Latte, atau Cappucino? Atau pernah mencoba kopi gayo dari Aceh? Kopi kintamani dari Bali? Atau kopi toraja dari Sulawesi?
Sama halnya dengan kopi daerah disebutkan di atas, kopi bajawa juga berasal dari daerah Bajawa, Flores, NTT. Bagi pecinta kopi, bajawa dari jenis Arabica ini dikenal memiliki kekentalan cukup pekat namun kadar keasamannya rendah. Kopi bajawa juga memiliki keistimewaan yaitu after taste yang sedikit nutty serta rasanya yang dominan cokelat dan vanili.
Diperkenalkan ke luar daerah oleh Felix Soba Meo, kopi bajawa sekarang menjadi salah satu jenis kopi khas Indonesia yang berhasil mendunia. Seiring dengan terkenalnya kopi jenis ini, banyak pula kedai kopi atau kafe yang menyajikan kopi bajawa. Salah satunya adalah kedai kopi Moku Dia yang berdiri di tanah asal kopi bajawa yaitu Bajawa, Flores. Lebih lengkapnya, kedai kopi Moku Dia bisa bertempat di Kampung Bena, Bajawa, Flores, NTT. Kedai ini sudah beroperasi sejak 6 Juni 2019.
Kampung Bena yang terkenal karena situs megalithikumnya dan menjadi salah satu kampung adat tertua di NTT, membuat lokasinya strategis untuk membangun kedai kopi karena sering didatangi wisatawan. Dalam wawancaranya dengan Sumba TV, Vivi Pane sebagai founder Moku Dia, menjelaskan bahwa ini project kedua yang dia dan temannya kerjakan setelah sebelumnya mendirikan kedai kopi Revinco di Labuan Bajo.
Tujuannya mendirikan Moku Dia adalah agar orang Flores asli yang tinggal disekitar aware dengan kopi khas daerahnya sendiri. Dia juga ingin mengenalkan kopi kepada pengunjung dengan menginformasikan kopi itu ditanam dimana, siapa yang menanam, prosesnya seperti apa, dll. Harapannya pengunjung datang bukan hanya menanyakan harga kopi dan minum lalu pergi. Vivi ingin kedainya bisa menjadi tempat edukasi tentang kopi bajawa.
Moku Dia diambil dari kata ‘moku’ yang artinya duduk. Secara tidak langsung MOKU Dia menyambut pengunjung dengan sebuah ajakan “Ayo kita duduk di sini ngopi!” Penamaan ini sejalan dengan budaya warga Bajawa ketika menyapa orang lewat di depan rumahnya.
Kedai kopi ini menggunakan konsep yang sama dengan rumah adat NTT. Terlihat sederhana namun seperti mempunyai magnet tersendiri, secara terdapat vibes tradisional dan budaya yang kental. Untuk menambah suasana, tenun ikat khas NTT dengan berbagai motif dan warna juga dipajang sebagai hiasan dinding. Sebuah rak berjejer kopi di toples kaca maupun dalam bentuk kemasan pouch dan kotak, diletakkan dengan rapi.
Yang menarik dari kedai ini adalah pengunjung akan dibuat bingung karena biji kopi yang digunakan terlihat masih mentah. Namun sebenarnya biji kopi tersebut sudah di-roast dengan level medium. Tujuannya agar cita rasa biji kopi yang asli masih terasa. Cara penyeduhan yang ditunjukkan langsung juga akan terlihat menarik di mata pengunjung. Dengan mematok harga Rp 10.000/gelasnya (+ Rp 5.000 jika ditambahkan susu), banyak warga sekitar bahkan wisatawan yang berkunjung ke desa Bena, penasaran dengan rasa kopi ini.
Selain tujuan utama untuk memperkenalkan kopi bajawa ke orang Flores, Moku Dia juga ingin mempromosikan dunia entrepreneurship kepada anak muda. Mengawali dengan menghire 2 perempuan muda asli Bena sebagai barista, Lita dan Echa, founder menginginkan Moku Dia kedepannya digunakan sebagai ajang showcase. Tujuannya untuk menunjukkan kepada anak muda sekitar, bahwa tidak perlu keluar daerah untuk mencari uang, mereka bisa membangun usaha sendiri di tanah kelahiran.
(Sumber Artikel: coffindo.id; Youtube Sumba TV)
Oleh Diah Ramadhanti Safitri, Prodi Administrasi Bisnis, Universitas Diponegoro pada Program Internship Genpinas 2020