Oleh: Dharma Setyawan

Kawan Pemberdayaan - Pasar Yosomulyo Pelangi Payungi 6 Oktober 2019
Suasana Pasar Yosomulyo Pelangi Payungi, hari Minggu (06/10/2019) lalu. (Foto: Dharma Setyawan)

Kawan Pemberdayaan – Dari sekian banyak gerakan yang mungkin kita lakukan. Ada hal yang paling penting, yaitu kawan dalam pemberdayaan masyarakat. Banyak kriteria tentunya, tapi yang paling pokok dari kawan ini adalah peduli. Peduli bisa didefinisikan luas; peka, responsif, tanggap, cepat, rasional, progresif, memikirkan hal-hal baru dan sampai pada gerakan nyata di lapangan.

Kawan pemberdayaan bukan orang biasa, statusnya tentu naik menjadi saudara seperjuangan. Dalam iklim masyarakat yang kuat gotong royongnya, kawan pemberdayaan mudah ditemukan. Hari-hari kita selalu dinamis bersama mereka dan obrolan kita fokus untuk menjadikan gerakan dan lingkungan hidup kita menjadi lebih baik. Obrolan kita adalah peningkatan kualitas kehidupan.

Baca juga
* Membangun Karya Sendiri, Kreatif dan Konsisten

Kita bisa mencarinya, di dekat kanan-kiri-depan-belakang rumah kita atau bahwa kawan di RT atau RW lain yang sikapnya kreatif dan peduli. Dimulai dengan bangun komunikasi, mulai dengan hal-hal yang sederhana. Bisa kita mulai dari obrolan setelah sholat dari masjid, obrolan di forum warga, obrolan di forum Yasinan, atau dengan budayakan silaturahim ke rumah kawan tersebut.

Kawan pemberdayaan ini awalnya tidak ada target apapun, namun terus sinergi mengalir melakukan sesuatu atau hal-hal baru.

Sebagai dosen, saya juga punya kawan pemberdayaan yang banyak jumlahnya. Di Perguruan Tinggi, saya banyak menemukan mahasiswa yang berjiwa sosial. Kami bisa melakukan hal-hal di luar kurikulum. Malah diluar kurikulum itu kami saling belajar.

Skil-skill mereka juga harus ditingkatkan agar menjadi penggerak. Mereka memanfaatkan waktu luang, di luar padatnya kuliah, mereka mau hadir untuk mendatangi forum diskusi, pelatihan menulis, skill digital dan forum-forum lainnya.

Mereka sebenarnya bukan aktivis yang membahas banyak ideologi rumit, mereka datang dengan ketertarikan pada komunitas kreatif berbasis skill. Pendekatannya memang pragmatis sekali, tapi itu yang menurut saya penting, dari pada aktivis organisasi ekstra yang sudah mengenal list iuran kegiatan kepada senior atau mengakses bantuan pemerintah melalui proposal, namun susah di ajak kreatif, misal saja belajar memainkan skill digital.

Nyawa dalam pemberdayaan ekonomi ada juga pada tokoh-tokoh yang memiliki keluwesan bergerak. Mengerti medan perjuangan, tipologi masyarakat, potensi wilayah, dan tentu kuat pengaruhnya. 11 bulan gerakan Pasar Yosomulyo Pelangi (Payungi), kami tercukupi insfratruktur di atas.

Hasilnya ada nilai transaksi 1,8 miliar atau 40-50 juta pergelaran. Bahkan menuju 1 tahun Payungi kami melebarkan sayap bukan hanya aktivitas pasar hari Minggu pagi. Payungi mengembangkan diri membangun ecosystem kampung bahasa, Payungi University (kelas-kelas transformatif), Mushola yang memiliki Payungi Meeting Room, Payungi Travel Haji dan Umroh, Payungi Mobil dan lainnya.

Kawan pemberdayaan harus diperbanyak agar energi kita tidak habis, dan tugas gerakan kita bisa saling neringankan. Gerakan kemandirian ini, diawal tidak boleh terjebak pada bantuan pemerintah. Ini bukan berarti anti pemerintah, sebaliknya membantu pemerintah agar masyarakat menjadi mandiri dan terlatih militansi. Kita banyak menjumpai pemerintah keteteran, terhadap warga yang minta ini dan itu sedangkan anggaran pemerintah terbatas. Setelah mendapat bantuan, beberapa bulan kemudian gerakan sudah lenyap tak membekas.

Baca juga
* Asyik! Ada Pojok Organik dan Gerobak Pustaka di Pasar Payungi

Kawan pemberdayaan merupakan hal yang penting, bagi siapa saja yang mau bergerak kreatif. Yang paling penting lagi, apa saja yang harus dikerjakan, skill dan pelatihan apa yang dibutuhkan. Kita bisa minta bantuan komunitas lain agar ada kolaborasi yang timbal balik.

Gerakan pemberdayaan bukan seberapa besar hasilnya, tapi seberapa kuat penggeraknya. Menjaga nafas gerakan, konsisten dan sustainable adalah ritme yang harus dijalani. Apalagi dalam pemberdayaan ekonomi, kita harus hati-hati mamanajemen keuangan, jika salah membangun roadmap, yang ada adalah perpecahan masyarakat.

Di tangan kawan pemberdayaan yang variatif, kita harus sama-sama mencari jalan keluar.

* Dharma Setyawan adalah Penggerak Pasar Yosomulyo Pelangi (Payungi), Metro, Lampung.

(Tulisan ini pernah dimuat di: http://nuwobalak.id/2019/10/08/kawan-pemberdayaan/

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here