Sumber : jawaban.com

Dalam meningkatkan kunjungan wisatawan berbagai cara telah dilakukan baik oleh pengelola destinasi maupun pemerintah. Salah satunya di era revolusi industri 4.0 adalah dengan melakukan digitalisasi sebagai salah satu cara untuk memasarkan pariwisata Indonesia. Namun, siapa yang menduga jika film ternyata juga mampu sebagai media promosi yang efektif dalam mendatangkan wisatawan. Efek yang dikejutkan dari penayangan film sangat luar biasa sehingga orang-orang merasa penasaran dan tertarik untuk mengunjungi setting lokasi yang ada di film.

Kita mengenal film AADC 2 yang berlokasi di Yogyakarta ternyata sangat efektif dalam mendatangkan wisatawan. Padahal hal tersebut tidak direncanakan sebelumnya. Begitu juga film Laskar Pelangi yang mampu mengangkat keindahan alam Belitung. Ternyata tidak hanya di Indoensia saja, Film “The Lord of The Ring” juga bermanfaat dalam peningkatan kunjungan wisatawan ke Selandia Baru.

Konsep ini kemudian dikenal film induced tourism atau pariwisata yang diinduksi film. Menurut beberapa ahli, pariwisata yang diinduksi film dapat menjadi strategi pengembangan regional dalam hal pembangunan infrastruktur, peningkatan lapangan kerja, fasilitas, dan promosi destinasi wisata. Wah ternyata efek kejut film tidak hanya berlaku pada penonton saja ya sobat genpi. Memang selama ini kita terpaku dengan jalan cerita yang dihadirkan dalam film tetapi siapa sangka ternyata dampak film juga terjadi pada sektor pariwisata. Harus diakui memang suatu film mengandung promosi secara tidak langsung.

Wisatawan akan mendatangi tempat yang menurut mereka menarik secara visual. Hal tersebutlah kemudian mempengaruhi seseorang untuk mengunjungi tempat tersebut. Kondisi ini juga terjadi pada penonton film. Selain sebagai sarana hiburan, mengunjungi lokasi syuting film juga menunjukkan orang tersebut juga sebagai bagian dari film yang mereka lihat. Menurut ahli, pariwisata yang diinduksi film akan dengan cepat menjadi model karena masyarakat yang melihat tertarik untuk memiliki pengalaman nyata seperti yang ada di film.

Penempatan destinasi wisata ke dalam film mendatangkan keuntungan besar karena dipromosikan secara langsung kepada jutaan orang yang melihat. Studi internasional telah menunjukkan bahwa pariwisata yang dikenalkan oleh film memiliki berbagai dampak positif yang tidak dapat dilakukan melalui pemasaran konvensional. Sebut saja Gereja Ayam Bukit Rhema yang awalnya sebagai bangunan mangkrak kini berfungsi kembali menjadi objek wisata setelah film AADC 2 tayang. Film telah mengubah bangunan tanpa fungsi berubah menjadi bangunan yang mempunyai nilai.

Wah ternyata menarik ya pembahasan kali ini. Ternyata film mampu menjadi media promosi pariwisata yang efektif juga. Terdapat berbagai carai kreatif juga ya untuk mempromosikan pariwisata. Yuk sebutkan film yang memotivasi kamu untuk pergi traveling!

Sumber:

Mulyadi, Raden Muhammad & Sunarti, Linda. “Film Induced Tourism dan Destinasi Wisata di Indonesia”. Metahumaniora, Vol. 9, No. 3, Hlm. 340—356.

Kontributor Herlambang Eka Persada, Universitas Gadjah Mada, Program internship genpinas tahun 2020, Kelompok 11 Ekonomi Kreatif.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here