Sunday, January 26, 2025

Eco-friendly Pijakbumi, Mampu Tarik Pangsa Luar

Sumber Foto: pijakbumi.com

Membicarakan produk fashion, bukan berarti kita hanya berbicara tentang pakaian saja. Barang lain seperti tas, sepatu, hingga aksesoris tambahan seperti topi, gelang, anting, jam tangan dll juga merupakan bagian dari produk fashion. Akhir-akhir ini, sepatu menjadi produk fashion yang digandrungi banyak kalangan. Bukan hanya brand luar yang mendapat sorotan, masyarakat sekarang seakan berlomba-lomba untuk memiliki sepatu dari brand lokal dengan kualitas yang tak kalah saing dan harga yang lebih terjangkau pastinya. Contohnya saja Compass, Ventela, Sneakon, Geoff Max, NAH Project, dan masih banyak lagi. Dari kalangan artis, anak muda, orang dewasa, hingga pejabat sekelas Presiden Jokowi, bangga memamerkan dirinya menggunakan sepatu karya anak bangsa.

Pijakbumi, salah satu brand sepatu lokal tampil dengan konsep berbeda nan berkelanjutan. Sejalan dengan prinsip SDGs dimana isu perlindungan lingkungan menjadi fokus utama, Pijakbumi hadir dengan prinsip eco-friendly. Inovasi yang diusung oleh Rowland Asfales, atau yang biasa disapa Fales ini, menjadi buah dari kegagalannya dalam berbisnis sepatu sebelumnya dan keprihatinan terhadap permasalahan manufacturing footware.

Fales, yang merupakan lulusan Fakultas Seni Rupa dan Desain (FSRD) ITB ini, akhirnya berkreasi membuat sepatu ramah lingkungan tapi tetap fashionable. Berawal dari keprihatinan terhadap indutri fashion yang menyumbang angka limbah terbesar di dunia, termasuk juga limbah pembuatan sepatu kulit, Fales membuat Pijakbumi sebagai brand sepatu yang memegang prinsip ramah lingkungan. Tertulis dalam salah satu unggahan di Instagram resminya, dalam memilih dan menggunakan material, Pijakbumi mempertimbangkan upaya pada tiga upaya aspek utama. Upaya tersebut adalah mengurangi penggunaan air dan mengutamakan proses recovery, meningkatkan kesehatan tanah (lahan), dan mengurangi carbon footprint.

Sepatu yang dihasilkan oleh Pijakbumi berasal dari serat alami tumbuhan kenaf sehingga warna pada sepatu cenderung akan berubah seiring berjalannya waktu. Dalam pembuatan sepatu pun tidak menggunakan bahan kimia yang merusak lingkungan. Material sol sepatu dibuat 35% dari ban bekas. Pembuatannya yang menggunakan mesin jahit kaki juga memperkenalkan kearifan pengrajin lokal selain materialnya yang diusahkan dari lokal semua. Dengan inovasnya yang kreatif tersebut, brand sepatu dari Bandung ini menarik perhatian masyarakat luas, bahkan hingga mancanegara.

Pijakbumi mampu menembus pasar internasional. Terbukti dari unggahan mereka di jejaring media sosial Instagram pada 17 Maret yang mengatakan “Ps. Terimakasih untuk teman-teman store di Jepang yang sudah menerima baik sepatu Pijakbumi.” Bahkan karena inovasinya ini, Pijakbumi juga diundang serta mendapat kesempatan mempresentasikan karyanya di Fashion Show MICAM 2020. MICAM sendiri adalah pameran perdagangan internasional pada industri footware yang diselenggarakan di distrik pameran perdagangan Rho Fiera Milano, Italia. Kegiatan ini rutin diadakan setiap dua kali setahun pada bulan Februari dan September.

Pijakbumi menjadi salah satu dari 12 Emerging Designers The MICAM 2020 yang merupakan penghargaan terhadap desain dan konsep inovatif bagi desainer sepatu dari seluruh dunia. Dalam kegiatan yang berlangsung dari 16-19 Februari 2020 ini, Pijakbumi memperkenalkan karya terbarunya yaitu Atom 2 : Stardust. Dengan keberhasilan tersebut, Pijakbumi semakin dikenal luas oleh masyarakat luar dan mampu berekpansi terhadap pangsa pasarnya.

(Sumber Artikel: Instagram @pijakbumi; kompas.com; ziliun.com)

Oleh Diah Ramadhanti Safitri, Prodi Administrasi Bisnis, Universitas Diponegoro pada Program Internship Genpinas 2020

Related Articles

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

- Advertisement -

Latest Articles