Strategi Pengembangan Pariwisata Indonesia - Kementerian Pariwisata RI - Arief Yahya
(Foto ilustrasi) Asdep Strategi dan Komunikasi Pemasaran I Kementerian Pariwisata Haryanto, memaparkan strategi pengembangan pemasaran Pariwisata Indonesia, di Gorontalo, Sabtu (21/09).

Sektor pariwisata sudah menjelma menjadi leading sector di Indonesia. Hal ini tidak terlepas dari strategi pengembangan pemasaran yang diterapkan. Dalam Seminar Pariwisata Nasional di Gorontalo, Sabtu (2109/2019), strategi itu dipaparkan Asdep Strategi dan Komunikasi Pemasaran I Kementerian Pariwisata Haryanto.

Menurutnya, strategi pengembangan pemasaran Pariwisata Indonesia tersebut terbagi dalam; Marketing, Promotion Strategy, Media, serta Promotion Time. Menurutnya, strategi ini dijalankan dengan sangat baik di Kementerian Pariwisata.

Baca juga:
* Selangkah Lagi, Devisa Pariwisata Bakal Tembus USD 20 Miliar

Haryanto memaparkan, semua strategi berjalan dengan sangat baik di Kementerian Pariwisata. Apalagi, dari strategi itu kita juga siapkan rumusnya masing-masing. Hal ini membuat kerja kita semakin terarah. Tapi hasil yang didapat sangat maksimal.

Marketing Strategy

“Dalam Marketing Strategi, strategi yang diterapkan adalah Destination, Origin, dan Timeline. Rumus ini dikenal dengan DOT. Dalam strategi ini, destinasi dibagi menjadi Grater Bali yang menyumbang 40% wisatawan mancanegara ke Indonesia. Setelah Bali ada Greater Jakarta (30%), dan Greater Batam (20%).” Haryanto menjabarkan.

“Sementara untuk Origin, negara yang menjadi tujuan marketing kita adalah China, negara-negara Eropa, Singapura, Malaysia, dan Australia. Negara-negara ini adalah penyumbang wisman terbesar ke Indonesia. Dan mereka menjadi pasar utama dalam promosi,” lanjutnya.

Sedangkan Time, adalah waktu yang tepat untuk memasarkan dan mempromosikan pariwisata Indonesia di pasar mancanegara.

Promotion Strategy

Untuk Promosi, rumus yang digunakan adalah Branding, Advertising, dan Selling. Branding dilakukan secara lokal, nasional, global atau internasional. Event internasional yang pernah dibranding antara lain Kejuaraan Sepakbola Euro dan World Cup, dan banyak event lainnya.

“Untuk Advertising, kita memanfaatkan sejumlah media luar ruang di mancanegara untuk mempromosikan destinasi ataupun event di Tanah Air. Kita juga menggunakan berbagai event besar untuk Selling. Seperti ITB Berlin, dan lainnya,” tutur Haryanto lagi.

Media Strategy

Yang tidak kalah penting adalah rumus POSE yang diterapkan dalam Media Strategi. POSE ada Paid Media atau promosi pada media-media besar.

“Pada Owned Media, kita memanfaatkan media online yang kita miliki. Seperti Pesona.Travel, dan lainnya. Kita juga memaksimalkan destinasi dan event lewat Social Media. Dalam ini terbukti sangat tepat. Karena banyak event yang viral. Peran Endorser juga penting untuk mengangkat destinasi kita,” tuturnya.

Co-Branding

Terpisah, Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran I Kementerian Pariwisata Rizki Handayani menambahkan, hal yang tidak kalah penting adalah menjalin kemitraan dalam kerjasama co-branding.

“Ini strategi untuk terus memperkenalkan brand pariwisata Indonesia, Wonderful Indonesia. Dan terbukti brand ini semakin dikenal secara luas. Lewat kerjasama ini, mitra co-branding memajang logo dan destinasi wisata Tanah Air. Dan ini mampu memperkenalkan dan meningkatkan kunjungan wisatawan ke destinasi,”paparnya.

Standar Global

Menteri Pariwisata Arief Yahya menambahkan, strategi pemasaran sangat penting. Menurutnya, untuk bisa memenangkan persaingan global, pariwisata Indonesia harus memiliki standar global.

Baca juga:
* Temani Jan Ethes, Jokowi Pakai Kaus Wonderful Indonesia

“Dan yang tidak kalah penting, SDM-nya juga harus berstandar global. Karena, pariwisata terus berkembang. Sekarang sudah mengarah ke industri 4.0. Semua sudah go digital. Kita tidak boleh tertinggal. Karena pemenang sudah bukan lagi ditentukan dari yang besar mengalahkan yang kecil. Tetapi yang cepat mengalahkan yang lambat,” paparnya.

Untuk itu, Menpar meminta pariwisata Indonesia merespons perubahan dan perkembangan pariwisata dunia. Karena tren pariwisata dunia sudah mengarah ke digital.(***)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here