Provinsi Banten terkenal dengan berbagai kebudayaannya, salah satunya yang paling terkenal adalah seni pertunjukan Debus. Debus merupakan seni atraksi yang menunjukan kekebalan tubuh manusia dari berbagai benda tajam, atau benda kerasa serta bara api. Atraksi Debus yang kerap kaili ditampilkan adalah memakan api atau berjalan diatas bara api yang menyala, menusukan perut dengan golok, menusuk jarum atau tombak kecil ke lidah, kulit pipi atau anggota tubuh lainnya. Atraksi tersebut dilakukan tanpa mengeluarkan darah, terdengar tidak Lazim memang.
Dahulu Debus digunakan sebagai sarana menyebarkan islam, karena sebelum pemain Debus melakukan atraksi, mereka terlebih dahulu melantunkan sholawat atau puji pujian kepada Nabi Muhammad. Kemudian saat masa Sultan Ageng Tirtayasa Debus digunakan untuk menyemangati rakyat banten menhadapi penjajahan Belanda. Saat itu Sultan Ageng Tirtayasa ingin menjadikan Banten sebagai kerajaan islam terbesar. Motivasi tersebut datang karena VOC memonopoli perdagangan dan merugikan masyarakat Banten, dan akhinrya Tirtayasa menjadikan Banten sebagai Pelabuhan terbuka.
Saat ini Debus dianggap sebagai kesenian bela diri, Debus kerap kali ditampilkan dalam acara besar di masyarakat Banten seperti cara pernikahan, sunatan atau ditampilkan sebagai seni pertunjukan untuk para wisatawan yang berkunjung ke Banten. Dalam atraksinya pemain Debus seringkali mengajak penonton untuk melakukan aksinya. Ajakan tersebut sering kali membuat wisatwan lokal atau mancanegara yang tertarik untuk mempelajari kesenian Debus. Kesenian Debus terus berkembang sampai sekarang, kesenian ini biasa diajarkan di padepkan atau sanggar silat. Setiap sanggar memiliki aliran silat yang berbeda beda. Setidaknya terdapat 3 aliran silat yang terkenal diajarkan di padepokan di Banten, antara lain silat Cimande, Bandrong dan Terumbu.
Tiga aliran tersebut memiliki perbedaan. Aliran silat Cimande memiliki lima aspek anatar lain beladiri, olahraga, seni, spiritual dan pengobatan patah tulang. Aliran silat Bandrong mengandalkan jurusa silat yang cepat melesat dalam serangan. Kata Bandrong sendiri juga diambil dari nama ikan yang sifatnya mencerminkan jurus silat tersebut. Aliran silat Terumbu memiliki keutamaan pada kuda kudanya yang lebih rendah dari pada aliran silat lain dan memiliki jurus yang dilakukan sambil duduk. Alira silat ini juga mengutamakan untuk menghindar dengan pukulan atau tendangan yang tidak diduga oleh lawannya.
Selama atraksi Debus berlangsung, atraksi ini diiringin berbagai alat music seperti kecrek, rebana dan gendang dengan ukuran kecil, sedang, hingga besar. Iringan music tersebut dipandu oleh pemimpin yang biasa disebut Syech. Selain iringan musik, para pemain Debus juga menggunakan pakaian yang khas. Pakaiang tersebur terdiri dari ikat kepala dari kain batik yang dibentuk segitiga atau biasa disebut lomar. Kemudian Baju Kampret, baju lengan panjang tanpa kerah dan memiliki dua kantong besar dibagian bawah sisi kanan dan kiri. Lalu Celana Pangsi, untuk memakai celana pangsi memerlukan ikat pinggang karena ketika memakainya bagian atas celana digulung seperti sarung. Bagian bawah celana dibuat lebar, untuk memudahkan pemain bergerak ketika melakukan atraksi.
Maulani Mulianingsih, Universitas Al Azhar Indonesia Jurusan Ilmu Komunikasi – Broadcasting and New Media, Internship Generasi Pesona Indonesia Nasional Kelompok 11 Ekonomi Kreatif.