Belajar Budaya Nasional Bareng Museum Seni Rupa dan Keramik

Halo, sobat Genpi! Seberapa tahu kalian dengan budaya Indonesia? Belajar sejarah dan budaya Indonesia bisa kita dapetin langsung lewat karya seni, lho! Meskipun di rumah aja, kalian masih bisa belajar tentang karya seni dari rumah, seperti ikutan nonton Museum Seni Rupa dan Keramik yang membedah karya seni, melalui live Instagram, pada Rabu Siang (03/09).

Bedah karya atas inisiasi Mitra Museum Jakarta ini, membedah seni lukis karya Agus Djaya yang diberi nama Dewi. Dibahas oleh kurator ternama asal Indonesia bernama Sally Texania. Sally adalah kurator seni dan peneliti di beberapa koleksi private dan publik di Indonesia, seperti koleksi di Ciputra Museum, Istana Presiden Republik Indonesia, dan Museum Seni Rupa dan Keramik.

Di dalam bedah karya tersebut, Sally membahas sejarah karya seni rupa pada masa kependudukan Jepang, serta kaitannya dengan nasionalisme dan Agus Djaya. Agus Djaya merupakan salah satu seniman yang mendapatkan sorotan di masa Jepang

Di masa Jepang sendiri, seni rupa dianggap sebagai bentuk propaganda, dan Jepang memanfaatkan ini untuk menghapus budaya kebaratan dan memunculkan budaya timur. Ekspresi ketimuran dari karya-karya Agus Djaya biasanya ditarik dari minatnya kepada budaya Indonesia terutama Hindu.

Banyak yang penasaran nihh sama lukisan Agus Djaya yang diberi nama Dewi, nggak jarang sosok yang ada dilukisannya disamakan dengan sosok Nyi Roro Kidul. Meskipun demikian, dari arsip dokumen belum ada yang membuktikan bahwa yang dilukis oleh Agus Djaya adalah sosok mitologi Jawa, Nyi Roro Kidul.

Ada info menarik nih tentang Agus Djaya! Sebelum membuat karyanya, Agus Djaya terkenal selalu membuat riset atau meneliti tentang budaya Indonesia, terutama Hindu. Dari risetnya inilah, Agus banyak menghasilkan karya-karya ketimuran dengan corak Hindu.

Jadi bila dikatakan, lukisan Dewi adalah sosok Nyi Roro Kidul atau bukan dalam perspektif seni rupa modern Indonesia yang melihat pada tradisi seni rupa barat, bisa jadi Agus ingin menunjukkan bahwa di dalam mitologi, Indonesia juga memiliki sosok Dewi Laut. Dimana Dewi Laut merupakan sosok mitologi yang universal di berbagai macam kebudayaan.

“Dari karya Agus Djaya ini, kita bisa melihat selera dan juga keinginan serta harapan dari pihak yang berpartisipasi dalam pendirian Museum Seni Rupa dan Keramik. Jadi, ini suatu semangat yang berkembang di masyarakat saat kemerdekan tapi masih berlanjut sampai masa pembangunan.

Dan juga untuk kita, ini tidak semata-mata eksotisme tapi memang melihat budaya dan tradisi sebagai suatu yang terus berjalan ketimbang sebagai suatu yang berhenti dan usang, kalau dari paradigma Agus Djaya,” jelas Sally, Ketika ditanya alasannya membedah karya Agus Djaya pada sesi tanya jawab.

Ruang galeri Museum Seni Rupa dan Keramik sendiri diisi dengan karya-karya yang dikoleksi pada masa berdirinya Balai Seni Jakarta.

Kalian tau nggak sobat Genpi? Saat itu wilayah Jakarta Kota Tua baru mengalami reservasi di tahun ’70 hingga ’74, yang kemudian gedung-gedung yang ada dialih fungsikan sebagai Museum, nahh salah satunya menjadi Museum Seni Rupa dan Keramik!

Selain dibangun dari usaha publik atau pemerintah, ada banyak pihak private yang ikut andil dalam membangun Museum Seni Rupa dan Keramik.

Kalian yang mau belajar tentang karya seni rupa nasional dari rumah aja, bisa dengan ikutin rangkaian bedah karya di Instagram museum_senijkt (Instagram.com/museum_senijkt). Karena di masa pandemik seperti ini, kita juga bisa belajar dari mana aja nggak perlu hadir secara fisik. Stay safe, sobat Genpi. Salam budaya!

Ditulis oleh Yulia Vaira, Ilmu Komunikasi, Universitas Al-Azhar Indonesia. Program Internship Genpinas Tahun 2020

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here