Sumber foto : Beritasatu.com

Berbicara soal batik Betawi nampaknya semakin eksis, belum lagi pengaruh media sosial yang turut mempopulerkan batik Betawi. Bagi pecinta dan kolektor batik nusantara, batik Betawi menjadi pilihan tepat karena motif yang diusung sangat unik, terdiri dari motif monumen nasional (monas), ondel – ondel, becak, pedagang kerak telor, maupun flora – fauna khas Betawi seperti burung elang, ikan cupang, bunga flamboyan, dan bunga tapak dara.

Seperti batik Betawi yang dikerjakan oleh warga Rusunawa Tambora, Jakarta Barat. Walau jarang terdengar, tetapi jangan salah lho karena baru – baru ini mereka memberanikan diri untuk menunjukkan hasil karyanya dan terpilih sebagai desain batik pilihan dalam gelaran pameran produk kreatif bernama Festival Kreatif dan Seni Jakarta (FKSJ) yang dilaksanakan pada 11 – 13 September 2020 di Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi DKI Jakarta. Acara ini dilaksanakan dalam Program Pemerintah Gerakan Nasional Bangga Buatan Indonesia (Gernas BBI).

Dikutip dari Beritasatu.com, menurut Lily Mariasari, selaku fashion designer dan pendiri brand Betawi Elemwe mengatakan bahwa karya pengrajin batik asal Rusunawa Tambora memiliki potensi yang tinggi untuk dikenalkan kepada khalayak. Meskipun itu, ia bersama para pembatik lainnya masih membutuhkan dukungan lebih dari banyak pihak. Melalui ajang ini ia juga berkontribusi dan mempromosikan batik Betawi.

“Pembatik Jakarta atau Betawi di Rusun Tambora menjadi salah satu binaan Elemwe yang sudah menghasilkan beberapa desain batik. Salah satu desain batik terpilih dan digunakan oleh Bank Indonesia sebagai desain background. Beberapa kain karya mereka digunakan juga dalam pembuatan busana yang akan digunakan oleh salah satu nara sumber pada cara tersebut dan akan ditampilkan saat fashion show virtual,” ucap Lily Mariasari dilansir dari Beritasatu.com Rabu (23/9/2020).

Jika kita kilas balik seputar sejarah batik Betawi, ada banyak kisah yang patut kamu simak, Sobat Genpi. Dikutip dari Genpi.co batik Betawi merupakan salah satu aset budaya Indonesia yang harus dilestarikan. Menurut Dewan Pakar Yayasan Batik Indonesia, Tumbu Astiani Ramelan, menuturkan bahwa batik Betawi sudah ada dimulai sejak abad ke-18 saat VOC masih berjaya di Indonesia.

“Banyak buku – buku dan museum di luar negeri yang menggambarkan batik Betawi. Karena batik ini memang sudah ada sejak zaman VOC,” ujar Tumbu dalam Webinar Pengembangan Motif Batik Betawi “Pattern in Contemporary” dilansir dari Genpi.co Kamis (24/9/2020).

Kala itu, motif Betawi banyak dipengaruhi oleh motif pesisir mengingat wilayah Jakarta yang sangat dekat dengan daerah pesisir, kemudian ada pula motif yang tercipta hasil memadukan dengan unsur motif lainnya seperti motif flora dan fauna, atau motif yang berkaitan dengan peristiwa yang terjadi di Jakarta seperti Asian Games tahun 1962 dan Thomas Cup. Hayo, apakah kamu sudah lahir pada tahun itu, Sobat Genpi?

“Kota Betawi yang juga merupakan melting pot dari berbagai penjuru di Indonesia dan juga dunia, maka dari itu batiknya juga bercorak pesisir. Seperti flora dan fauna, ada motif batik buah kecapi, buah salak, batik pohon rasamala. Untuk kesenian ada juga motif ondel – ondel dan penari topeng. Ada juga batik Asian Games tahun 62, motifnya gelora Bung Karno. Lalu ada juga batik Thomas Cup,” terang Tumbu dilansir dari Genpi.co Kamis (24/9/2020).

Sayangnya, tahun demi tahun batik Betawi kian sepi peminat. Terbukti pada tahun 1970, terjadi penurunan produksi batik Betawi. Hal ini dikarenakan tumbuh pesatnya industri garmen yang membuat para pembatik lebih tertarik untuk bekerja di pabrik. Namun, setelah mendapatkan pengakuan batik sebagai warisan dunia oleh UNESCO pada tahun 2009. Perlahan geliat batik khususnya batik Betawi kian berkembang. Kini batik Betawi semakin populer berkat peran pemerintah dan khususnya masyarakat yang mengembangkan batik Betawi sebagai produk ekonomi kreatif.

Inilah yang kemudian dijawab melalui inisiasi program batik Betawi yang digagas oleh Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) DKI Jakarta dalam mengembangkan batik Betawi. Label batik Elemwe milik Lily Mariasari kemudian ditunjuk untuk membina warga Rusunawa Tambora dalam melestarikan dan menciptakan produk ekonomi kreatif berupa batik Betawi.

Di sentra pembuatan batik Betawi karya warga Rusunawa Tambora, kamu akan melihat berbagai aktivitas pembuatan batik yang masih sangat tradisional. Prosesnya tidak berbeda jauh dengan pembuatan batik pada umumnya: diawali dengan pembuatan pola, mencanting, mewarnai, dan diakhiri dengan proses melorod hingga menjadi kain batik Betawi yang siap pakai. Sebelum mahir membatik, warga Rusunawa Tambora perlu melatih kemampuan membatik selama kurang lebih tiga bulan secara serius.

Selain memproduksi kain batik Betawi, di tengah pandemi Covid – 19, para pembatik batik Betawi Tambora juga memproduksi kain masker bermotif batik Betawi. Terbukti, permintaan masker bermotif batik Betawi karya warga rusunawa Tambora semakin meningkat. Setidaknya di masa krisis ini mereka jeli melihat peluang kewirausahaan dengan memproduksi dan menjahit sendiri kain masker motif batik Betawi. Cukup menarik, bukan?

Sumber:

https://www.beritasatu.com/mardiana-makmun/gaya-hidup/675561/batik-betawi-tambora-dipamerkan-di-festival-kreatif-dan-seni-jakarta

https://www.genpi.co/berita/62771/orang-jakarta-wajib-tahu-sejarah-batik-betawi

Ditulis oleh Lukman Hakim, Prodi Ilmu Komunikasi, Universitas Ahmad Dahlan, Program Internship Genpinas tahun 2020.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here