foto gambar tradisi Appalettek ballak - Bugis Makassar Sulawesi Selatan
Appalettek Ballak, sebuah tradisi turun temurun masyarakat Bugis-Makassar. Yaitu memindahkan rumah panggung dari lokasi awal ke lokasi baru. (Foto: Youtube Festival Lontar Turatea)

Appalettek ballak – Sulawesi Selatan memiiki begitu banyak kebudayaan yang sudah berusia ratusan tahun dan masih lestari hingga saat ini. Bisa kamu temukan di seluruh wilayah yang didiami oleh masyarakat Bugis-Makassar.

Appalettek ballak, atau Mappalette Bola, adalah sebuah tradisi mengangkat dan memindahkan rumah secara bergotong royong. Menggotong bersama rumah panggung dari tempat semula ke tempat baru.

Baca juga:
* Melancong ke Ke’te Kesu’, Pemukiman Tana Toraja

Jangan bingung kalau ada yang menyebutnya dengan Mappalette Bola. Artinya sama.

Appalettek ballak sama dengan Mappalette Bola, hanya beda bahasa.

Appalettek atau Mappalette artinya pindah/memindahkan
Ballak atau Bola artinya rumah.

Tradisi appalettek ballak, atau Mappalette Bola, ini masih dilangsungkan hingga sekarang. Sudah berlangsung turun temurun, masyarakat menjadikan tradisi ini sebagai wujud rasa kekeluargaan, kebersamaan, dan gotong royong.

Pada saat satu keluarga ingin memindahkan rumahnya, akan mengundang warga lain agar datang membantu.
Ajakan bergotongroyong biasanya disampaikan melalui tokoh masyarakat.

Cara yang juga umum dilakukan adalah mengumumkannya di masjid di hari Jumat. Khususnya saat warga berkumpul untuk shlat Jumat.

Semua laki-laki yang tua dan muda, yang remaja dan dewasa, semua akan terpanggil dan datang membantu.

foto gambar tradisi Appalettek ballak 2 - Bugis Makassar Sulawesi Selatan
(Foto: Youtube Festival Lontar Turatea)

Menggotong rumah panggung tersebut tidak dilakukan asal. Ada seorang yang memimpin dan memberi aba-aba. Dalam bahasa setempat disebut pinati, yang berarti pimpinan.

Pinati memberikan aba-aba melalui hitungan. Atau terkadang dengan pukulan pada seng.

Aba-aba ‘satu’ berarti warga harus memposisikan pundaknya pada palang. Aba-aba ‘dua’ berarti menandakan warga untuk berdiri serempak.

Dan aba-aba ‘tiga’ sebagai tanda bagi warga untuk mulai berjalan dengan serempak.

Akbulo sibatang, bersatu padu meringankan yang berat.

Kalau bisa melihat langsung, kamu akan terpesona dengan tradisi ini. Bagaimana tidak, rumah panggung yang besar dan berat bisa diangkat dan dipindahkan.

Bisa kamu umpamakan bagai sekawanan semut yang mengangkat benda yang lebih besar dari tubuhnya. Manusia (warga) pun demikian, bisa mengangkat dan memindahkan rumah.

Hal demikian bisa terlaksana karena adanya rasa gotong royong, persaudaraan, dan kebersamaan.

Tradisini ini mengandng 3 nilai luhur masyarakat Bugis Makassar. (1) Sipakainge’ (saling mengingatkan), (2) sipakatau (saling memanusiakan) dan (3) sipakalebbi (saing menghargai)

Yang mau melihat tradisi ini, bsia datang saat gelaran Festival Lontar Turatea. Appalettek ballak menjadi salah satu rangkaian acara dalam festival tahunan tersebut.

Dalam festival, biasanya ada lantunan royong tupanrita sebelum rumah diangkat. Yaitu sebuah lantunan doa atau mantra yang dahulu dibaca oleh pinati atau indung tukang kayu.

Disusul dengan lantunan syair-syair ratek yang dikumandangkan oleh para paratek.

Berupa syair-syair yang melambangkan rasa syukur. Juga menjadi doa agar pemilik rumah sejahtera dan pengusung rumah terhindar dari bencana.

Video

Baca juga:
* Ritual Mayat Berjalan Ma’nene di Tanah Toraja

Bagaimana menurut kalian video di atas?

Tertarik untuk melihat tradisi Appalettek Ballak atau Mappalette Bola di Sulawesi Selatan?

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here