Daftar Isi
Air Terjun Madakaripura – Kabupaten Probolinggo Jawa Timur memang kaya akan keindahan alam. Termasuk beberapa air terjunnya yang memesona. Salah satu yang bisa kamu kunjungi saat liburan adalah air terjun yang akan kita bahas ini.
Air Terjun Madakaripura adalah air terjun tertinggi di Pulau Jawa dan tertinggi kedua di Indonesia. Ketinggiannya sekitar 200 meter. Menjadi tempat pertapaan Patih Gadjah Mada sebelum meninggalnya.
Baca juga:
* Coban Rondo, Air Terjun yang Asyik Dikunjungi Bersama Keluarga
Video
Lokasi
Air Terjun ini berada di arah Selatannya Kota Probolinggo.
Berjarak sekitar 37 kilometer dari Kota Probolinggo atau sekitar 1,5 jam berkendara. 105 kilometer dari Kota Surabaya dengan waktu tempuh sekitar 2 jam.
Dari Pasuruan berjarak sekitar 55 kilometer dengan waktu tempuh sekitar 1,5 jam.
Air terjun ini berada di Desa Sapih, Kecamatan Lumbang, Kabupaten Probolinggo, Provinsi Jawa Timur. Dekat dengan perbatasan Desa Wonorejo
Rute
Kalau dari Arah Surabaya atau Pasuruan, kamu bisa keluar di Gerbang Tol Tongas. Belok kanan, arahkan kendaraan menuju wisata Bromo. Karena rutenya satu arah.
Sampi di Desa Lambangkuning Kecamatan Lumbang, kamu harus belok ke kanan. Masuk ke jalan yang lebih kecil. Perjalanan masih sekitar 8-9 kilometer lagi.
Yang kamu tuju adalah Dusun Sapih Desa Branggah. Bisa tanya kepada warga yang kamu temui kalau kamu ragu.
Dari area parkir kendaraan roda empat, kamu harus melanjutkan perjalanan dengan ojek motor. Kemudian dilanjutkan dengan berjalan kaki melalui jalan setapak.
Kamu akan menemui sungai di sisi jalan setapak tersebut. Airnya berasal dari aliran air terjun Madakaripura.
Peta
Jam Buka
Air terjun ini dibuka untuk umum dari pagi hingga sore.
Pukul: 07.00 – 16.00 WIB.
Harga Tiket Masuk
Untuk masuk ke area wisata ini, kamu harus membayar tiket dengan harga yang sudah ditentukan. Tidak mahal dan sampai menguras isi dompet.
- Tiket masuk: Rp 18.000
- Wisatawan asing: Rp 36.000
Pesona Air Terjun Madakaripura
Ketika mulai perjalanan menuju air terjun kita akan menemui patung Gajah Mada di bagian depan. Dari titik itu kita akan melanjutkan perjalanan di tengah Hutan dengan berjalan kaki.
Saat berjalan menuju lokasi air terjun, kamu sudah bisa merasakan keindahan alam sekitar. Selain sungai kamu akan terhibur dengan suasana tebing/lembah di kiri dan kanan jalan setapak.
Kalau berkunjung di musim hujan, kamu bisa melihat semacam air terjun kecil di sela-sela tebing.
Suasana asri dan adem akan menemani sepanjang perjalanan. Yang membuat kamu merasa segar dan lupa dengan lelah berjalan kaki.
Menjelang sampai, lembah sungai yang kamu lalui akan semakin menyempit. Sebelum lokasi air terjun, kamu akan menemui penjual jas hujan.
Kalau tidak membawa jas hujan sebaiknya membeli di sini. Karena kamu bakal banyak terkena percikan dan tetesan air nantinya. Apalagi kalau kamu membawa handphone dan kamera, perlu untuk melindungi gadgetmu tersebut.
Melewati ngarai sempit, kamu akan melihat pemandangan tebing curam yang sangat menawan. Ada banyak tetesan air bak tirai yang menghiasi.
Air terjun pun terlihat di ujung lembah sempit ini. Air terjun yang menjulang tinggi dan megah dikelilingi oleh tebing tinggi.
Ada beberapa ceruk kecil di dekat air terjun. Menurut cerita, ceruk-ceruk tersebut menjadi lokasi Gadjah Mada melakukan pertapaan.
Menurut cerita di berbagai sumber, nama air terjun ini berasal dari 3 kata. ‘Mada’ yang diambil dari Gajahmada, ‘Kari’ yang memiliki arti peninggalan, dan ‘Pura’ adalah tempat sembahyang atau semedi.
Jadi arti dari kata ‘Madakaripura’ ini adalah lokasi bekas Patih Gajahmada biasa melakukan semedi atau bertapa dahulu kala.
Jadi memang air terjun ini melekat sekali dengan nama Gajah Mada. Menurut cerita di berbagai sumber juga dikatakan bahwa Madakaripura adalah tanam perdikan. Menjadi hadiah dari kerajaan Majapahit untuk Gajah Mada atas jasa-jasanya.
Melihat bentukan alam di sekitar air terjun, sudah barang tentu menjadikannya fotogenik. Akan indah difoto dari berbagai sudut.
Kamu bisa mengitari lokasi mencari lokasi foto terbaik menurutmu. Bisa menjadikan aliran air dan bebatuan di bawahnya sebagai latar depan. Air terjun dan tebing menjadi latar belakang yang indah menawan.
Kalaupun tidak suka foto dan difoto, berada di sini sudah merupakan sebuah kesenangan tersendiri. Bisa menjadi kegiatan healing forest.
Menyegarkan badan dan pikiran di tengah alam yang masih rindang, asri, dan sejuk. Ditambah dengan suara air yang seakan menghipnotis.
Membuat pikiran tenang dan hati bahagia. Sejenak melupakan berbagai kejenuhan dari berbagai aktivitas belajar dan kerja.
Sehingga saat kembali pulang, energi dan pikiranmu kembali segar. Bagai batere yang baru diisi penuh.
Tips Berlibur ke Air Terjun Madakaripura
Kalau kamu berencana menuju kemari, pastikan membawa jas hujan atau payung. Untuk melindungi tubuh atau pakaianmu agar tetap kering.
Juga untuk melindungi berbagai peralatan yang kamu bawa agar tidak rusak terkena air.
Rencanakan untuk berkunjung di akhir musim hujam. Biasanya di bulan Mei atau Juni setiap tahunnya. Curah hujan di waktu tersebut biasanya sudah mulai tidak se-intens di puncak musim.
Di puncak musim penghujan bisa saja wisata air terjun ini ditutup sementara. Menghindari kecelakaan akrena banjir atau longsor.
Jadi, pantau prakiraan cuaca sebelum pergi.
Dan usahakan kegiatan wisata air terjun ini sudah kamu lakukan di pagi hari. Kamu akan memiliki banyak waktu sebelum tengah hari.
Karena biasanya hujan mulai turun saat siang atau sore hari di sini.
Recommended Banget!
Melihat bagaimana megahnya air terjun ini, maka sangat disarankan untuk berkunjung kemari walau sekali dalam hidupmu.
Bisa datang dan menikmati air terjun tertinggi se-Pulau Jawa. Dan kedua tertinggi di Indonesia. Tentu menjadi sebuah pengalaman tak terlupakan.
Kamu bisa bepergian bersama kawan main atau kawan kerja, atau keluarga. Ajak yang biasa dengan wisata alam dan bisa berjalan sedikit jauh.
Agar bisa sama-sama menikmati keindahan alam di perjalanan dan tujuan.
Baca juga:
* 10 Foto Coban Pelangi di Kabupaten Malang, Sejuk dan Segar!
Ada rencana datang ke Air Terjun Madakaripura di Probolinggo Jawa Timur dalam waktu dekat?
(Penulis: Nabilah Nuranisah, Universitas Padjadjaran, peserta Magang GenPinas 2021)
